Amanat Agung yang Terabaikan

Amanat agung yang Yesus perintahkan bukan merupakan sebuah opsi untuk dipertimbangkan melainkan sebuah perintah yang harus di lakukan.

“Yesus mendekati mereka dan berkata:

Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

(Mat. 28:18-20)

Amanat Agung Kristus yang dikenal dengan sebutan “The Greatest Commission” adalah merupakan sebuah panggilan untuk memberitakan kabar baik tentang sebuah jalan keselamatan. Ini bukan hanya merupakan sebuah panggilan yang mulia tetapi juga menunjukkan jati diri yang sejati dari orang percaya. Namun mengapa tugas penting ini sepertinya sudah tidak lagi menjadi prioritas dalam kehidupan orang percaya?

A.  ADA KARENA SUATU TUJUAN:

James Hudson Taylor, seorang misionari dari Inggris adalah pendiri dari China Inland Mission. Ia menghabiskan waktu hidupnya selama 51 tahun untuk memberitakan injil kabar baik di China. Melalui pelayanannya, terbuka dan membawa lebih dari 800 misionari lainnya. Ia juga memulai sekitar 125 sekolah-sekolah yang berdampak langsung pada pertobatan lebih dari 18.000 orang. Ia juga mendirikan sekitar 300 pusat pelayanan dan lebih dari 500 pelayan lokal di seluruh provinsi. (sumber: wikipedia)

Apa sesungguhnya yang membuat James Hudson Taylor mau melakukan ini semua? Sederhana, Ia menyadari betul akan panggilan untuk melaksanakan Amanat Agung Kristus. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya Amanat Agung Kristus bukanlah merupakan sebuah pilihan untuk dilakukan atau tidak melainkan sebuah perintah yang harus dilaksanakan.

Amanat Agung yang diberikan oleh Yesus bukan merupakan sebuah opsi untuk dipertimbangkan melainkan sebuah perintah yang harus dilaksanakan.” (James Hudson Taylor)

Oswald J. Smith, seorang pendeta dari Kanada mengatakan dengan lebih tegas lagi berkaitan dengan Amanat Agung Kristus ini:

Setiap Gereja yang tidak serius terlibat dalam usaha untuk memenuhi panggilan Amanat Agung adalah gereja yang kehilangan hak nya untuk ada.”

dengan kata lain, gereja yang tidak serius terlibat dalam melakukan Amanat Agung Kristus tidak layak untuk disebut sebagai gereja dan tidak diperlukan eksistensinya. Tentu saja, ketika kita berbicara tentang gereja dalam konteks ini bukan hanya ditujukan pada organisasinya melainkan juga melibatkan setiap individu jemaatnya. Setiap orang percaya adalah merupakan gereja Tuhan (Invisible Church).

Semua ungkapan-ungkapan ini bukanlah merupakan sebuah ungkapan-ungkapan yang sifatnya emosional atau tidak berdasar dan tanpa alasan. Ini merupakan sebuah sikap yang mencerminkan kebenaran dari Firman Allah itu sendiri. Bahkan, Rasul Paulus di dalam suratnya, 1 Korintus 9:16,  dengan  roh yang menyala-nyala mengatakan: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”

Pemberitaan kabar baik tentang keselamatan dalam Yesus Kristus adalah merupakan bukti eksistensi dari sebuah gereja maupun orang percaya. Oleh karenanya, kita semua ada karena satu tujuan yaitu untuk melakukan Amanat Agung Kristus.”(fs)

Jika memang perintah dari Amanat Agung Kristus ini begitu penting dan mendesak untuk dilakukan, lalu mengapa seolah-olah perintah ini sudah tidak lagi menjadi prioritas utama di dalam kebanyakan gereja maupun kehidupan orang percaya, bahkan terlihat sudah mati. Ada beberapa alasan yang utama mengapa hal ini dapat terjadi di dalam kehidupan gereja secara organisasi maupun individu orang percaya.

B.  AMANAT AGUNG KRISTUS YANG TERABAIKAN.

Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1 Korintus 9:16)

Tugas pemberitaan kabar baik tentang keselamatan adalah merupakan sebuah identitas dari setiap kehidupan orang percaya dan menjadi dasar dari eksistensinya. Namun ada beberapa alasan utama yang membuat tugas pemberitaan kabar baik ini seolah-olah telah menghilang dari kehidupan gereja dan jemaat:

Secara Organisasi Gereja : Pergeseran Prioritas Pelayanan.

Tugas melakukan Amanat Agung Kristus ini seolah-olah telah menghilang dari misi gereja. Tidak lagi kelihatan pergerakannya. Hal ini disebabkan terjadinya pergeseran prioritas dalam ibadah maupun pelayanan. Peran Amanat Agung Kristus ini sepertinya telah digantikan kedudukannya dengan pelayanan-pelayanan lainnya seperti pujian dan penyembahan, panggung yang mewah, musik yang megah dan spektakuler yang membawa kepada peningkatan emosi semata. Gereja sudah berubah layaknya sebuah panggung hiburan. Penekanan utamanya adalah untuk menambah jumlah jemaat yang hadir dalam kebaktian namun mengabaikan usaha untuk mempersiapkan jumlah jemaat yang harus pergi untuk memberitakan kabar baik.

Secara Individu Jemaat: Fokus Pada Diri Sendiri, kehidupan ibadah yang sifatnya egosentris bukan Kristosentris.

Tugas melakasanakan Amanat Agung Kristus ini juga sepertinya tidak begitu terlihat di dalam kehidupan jemaat secara individu. Tujuan ibadah hanya terfokus pada bagaimana Tuhan memberkati dirinya sendiri, bukan bagaimana Allah dapat menuntunnya untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Hal ini disebabkan karena terjadinya sebuah pola kehidupan yang terfokus kepada kepentingan dirinya sendiri dan bukan bagi kemuliaan Kristus (Kristosentris). Egoisme adalah merupakan kendala utama dalam kehidupan jemaat untuk melaksanakan perintah yang mulia ini. Kesibukan dunia, telah menyita sebagian besar waktu seseorang, sehingga tidak ada lagi waktu untuk memperhatikan orang lain selain dirinya sendiri. Tekanan hidup, kesulitan dan bahkan penderitaan yang dialami oleh setiap orang membuat prioritas utama diarahkan kepada pencarian sebuah solusi untuk mengatasinya.

Kembali lagi, ini adalah merupakan sebuah sikap egoisme yang tanpa disadari muncul dalam setiap kehidupan seseorang yang menyebabkan terabaikannya panggilan untuk melakukan Amanat Agung Kristus ini. Kita harus sungguh-sungguh menyadari jati diri kita yang sesungguhnya sebagai orang-orang percaya yang sudah terpanggil dan secara khusus dipilih dan ditentukan untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Pemberitaan kabar baik ini tidak bergantung kepada kondisi dan situasi yang sedang kita hadapi di dalam usaha untuk memenuhi kehidupan diri kita sendiri.

Namun di sisi lainnya, kita juga harus menyadari bahwa tugas pelaksanaan Amanat Agung ini bukanlah merupakan sebuah tugas yang sederhana sehingga memerlukan perhatian yang khusus dan usaha yang sungguh-sungguh di dalam mempersiapkan segala sesuatunya sehingga pelaksanaan Amanat Agung Kristus ini dapat dilakukan sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus kehendaki. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan beberapa kendala yang perlu diatasi agar pelaksanaan tugas yang mulia ini dapat dilakukan dengan baik.

C.  KENDALA YANG HARUS DIATASI.

“… Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” … (Mat. 28:18-20)

Ada dua kendala utama yang menyebabkan sulitnya bagi seseorang maupun organisasi di dalam melaksanakan tugas Amanat Agung yang Tuhan Yesus berikan sebelum Ia terangkat ke Sorga. Kedua kendala ini adalah berkaitan dengan:

  1. Kendala logis, yaitu kendala yang berkaitan dengan cara pandang yang salah atau cara berpikir yang keliru dari tugas Amanat Agung itu sendiri, dan
  2. Kendala Teknis, yaitu kendala yang diakibatkan dari ketidak-mampuan atau kurangnya kecakapan dalam melaksanakan tugas Amanat Agung ini.

Jika kita memperhatikan ayat tersebut di atas, seolah-olah terdapat empat buah kata perintah di dalam kalimat tersebut: “pergilah”, “jadikanlah”, “baptislah” dan “ajarlah,” Namun sesungguhnya hanya ada satu kata kerja imperatif atau perintah di dalam kalimat tersebut yaitu: “jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Sedangkan kata “pergilah,” “baptislah,” dan “ajarlah,” merupakan kata dalam bentuk partisip yang berfungsi menerangkan kata kerja imperatif  tersebut “jadikanlah.” Dengan kata lain, untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus, maka seseorang harus, pergi, membaptis dan mengajar.

1.  KENDALA LOGIS:

Kendala logis ini terjadi ketika seseorang mengartikan kata “pergilah” dan “baptislah” dan membatasinya dengan pengertian harus meninggalkan pekerjaannya dan segala sesuatu yang  ia miliki, dan baptisan hanya dapat dilakukan oleh seorang pendeta. Sehingga menyimpulkan hanya seorang pendeta penuh waktu atau misionari yang memiliki kewajiban untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut, pergi dan membaptis . Dengan demikian seseorang akan beranggapan bahwa ayat ini mungkin lebih tepat jika diperuntukan secara khusus bagi para hamba Tuhan atau pendeta. Tugas melakukan Amanat Agung menjadi sekedar sebuah pilihan untuk dilakukan dan bilamana ada kesempatan saja dan bukan menjadi sebuah perintah yang harus dan wajib dilakukan oleh setiap orang percaya.

Perlu dipahami bahwa tugas untuk melaksanakan Amanat Agung adalah sebuah perintah yang harus dilakukan dan bukan merupakan sebuah opsi atau pilihan bagi setiap orang percaya bukan hanya dikhususkan bagi hamba Tuhan yang melayani penuh waktu atau misionari. Sebab semua orang percaya memang sudah dipilih secara khusus dan telah ditetapkan untuk menjadi bagian di dalam karya keselamatan Allah bagi dunia. Hal ini secara jelas dikatakan oleh Yesus sendiri kepada para pengikutnya:

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” (Yoh. 15:16)

Egoisme: Fokus kepada diri sendiri.

Di dalam suratnya, Rasul Petrus juga dengan tegas mengungkapkan pentingnya untuk tetap menyadari jati diri kita sebagai orang percaya yang tidak boleh dilupakan, apapun kondisi dan situasi yang sedang kita hadapi:

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:” (1 Peter 2:9)

Surat dari Petrus ini ditujukan secara khusus kepada orang-orang percaya yang pada waktu itu sedang mengalami penderitaan dari penganiayaan yang disebabkan oleh karena iman percaya mereka kepada Yesus (1Pet. 1:1-2; 2:20; 3:14; 4:19, dst). Namun dibalik kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dan segala kesibukan-kesibukan yang harus mereka lakukan di dalam menjalankan kehidupan mereka, Rasul Petrus menegaskan untuk tidak melupakan identitas kita yang sesungguhnya. Ada 3 hal penting yang harus disadari oleh kita semua tentang identitas orang percaya ini, yaitu sebagai: “Bangsa yang Terpilih,” “Imamat yang Rajani,” dan “Bangsa yang Kudus, Umat Kepunyaan Allah Sendiri.” Inilah jati diri orang Kristen yang sesungguhnya yang tidak boleh dilupakan dalam situasi dan kondisi sesulit apapun dalam menjalani kehidupan ini. Kesibukan tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk tidak melakukan amanat agung ini.

Rasul Petrus mengutip ayat tersebut (1 Petrus 2:9) dari kitab Keluaran 19:4-6:

“Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.”

Dalam kasus ini, bangsa Israel telah menjadi bangsa yang dipilih oleh Allah secara khusus dengan tujuan untuk menunjukkan eksistensi Allah di tengah bangsa-bangsa lain sehingga bangsa-bangsa lain ini dapat melihat dan mengenal Allah Israel yang hidup dibandingkan dengan allah-allah mereka yang mati. Mereka berdiri sebagai imam yang membawa bangsa-bangsa lain kepada pengenalan akan Allah yang benar dan karenanya juga disebut sebagai bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah, yang berarti sebagai bangsa yang dipisahkan untuk tujuan tertentu dan tetap dalam kepemilikan dan perlindungan Allah sendiri. Hal ini diperjelas di dalam Amanat Agung Kristus kepada kita semua sebagai gerejaNya:

Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matt. 28:18-20)

Jadi, sebesar apapun kesibukan yang sedang kita hadapi, kita harus menjalankan fungsi sebagai orang-orang yang sudah dipilih dan ditetapkan oleh Allah secara khusus untuk mengambil bagian di dalam melaksanakan amanat agung ini. Ini sejalan dengan apa yang Yesus katakan:

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Mat. 6:33)

Prinsip dari kata “pergilah” dan “baptislah.”

Prinsip yang terkandung dari kata “pergilah” tidak harus diartikan semata-mata sebagai sebuah cara yang dilakukan dengan meninggalkan pekerjaan ataupun segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang. Kata “pergilah” disini memiliki pengertian untuk seseorang dapat menyediakan waktu dan kerelaannya dalam melakukan tugas dari Amanat Agung ini. Tanpa kesediaan atau kerelaannya, maka tidak mungkin seseorang dapat melaksanakannya. Apakah anda rela dan bersedia untuk melakukan Amanat Agung Kristus ini?

Sedangkan prinsip yang terkandung pada kata “baptislah” tidak harus diartikan dalam artian melakukan sakramen baptisan yang pada hakekatnya hanya dapat di lakukan oleh seorang pendeta. Prinsip dalam baptisan adalah masuknya seseorang yang percaya kedalam Tubuh Kristus. Jadi, hal ini berbicara tentang kepedulian kita terhadap orang lain. Tanpa kepedulian terhadap orang lain, maka tidak mungkin seseorang dapat melaksanakan Amanat Agung Kristus ini. Apakah Anda memiliki kepedulian terhadap orang lain, atau hanya peduli kepada diri anda sendiri?

“Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? (Rom. 10:14)

Tuduhan fanatisme.

Kendala logis lainnya adalah rasa takut dianggap sebagai orang Kristen yang fanatik, tidak toleran dan ancaman tuduhan kristenisasi yang sekarang ini marak terjadi. Fanatik, tidak toleran dan tuduhan kristenisasi hanya terjadi jika kita memaksakan kehendak kita kepada orang lain dan hal ini tidak perlu terjadi. Di dalam konsep keselamatan Kristen, tidak ada seorangpun yang dapat percaya tanpa Allah sendiri yang membuka hatinya. Dengan kata lain, kita tidak memiliki hak dan kemampuan untuk memaksa seseorang menjadi seorang yang percaya, hanya Allah saja yang sanggup menyelamatkan manusia, mengaruniakan kepadanya iman percaya dan membawa kepada-Nya.

“Lalu Ia (Yesus) berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” (Yoh. 6:65 )

“… dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus.” (1 Kor. 12:3)

“Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan (menanggapi) apa yang dikatakan oleh Paulus. (Acts 16:14 ITB)

Tugas kita di dalam menjalankan Amanat Agung Kristus bukan untuk menjadikan orang lain menjadi orang Kristen. Hanya Allah yang sanggup mengubah hati seseorang untuk menjadi percaya, dan merupakan bagian dari pekerjaan kasih karunia Bapa. Tugas utama kita adalah hanya untuk menceritakan kabar baik tentang anugerah keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia. Jadi bukan menjadi tanggung jawab kita apakah seseorang dapat percaya atau tidak, tugas kita hanya memberitakan kabar baik itu sendiri dan menceriterakan pekerjaan-pekerjaan besar yang Allah lakukan bagi keselamatan dunia.

Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.” (Mat. 10:14)

2.  Kendala Teknis:

Kendala yang kedua yang menjadi penghalang bagi seseorang untuk melakukan tugas amanat agung ini adalah berkaitan dengan kemampuannya yaitu untuk “mengajarkan.” Ini adalah merupakan sebuah kendala yang paling besar dan sulit diatasi yang seringkali terjadi di dalam pelaksanaan Amanat Agung ini, karena hal ini membutuhkan kesungguhan hati dan komitmen yang tinggi untuk melakukannya. Bagaimana mungkin seseorang dapat mengajarkan kalau ia sendiri belum pernah diajari? Bagaimana mungkin seseorang dapat mengajarkan apa yang harus di lakukan oleh seseorang jika ia sendiri tidak memahaminya?

Banyak orang yang meragukan dan bahkan tidak percaya tentang keilahian Yesus sehingga membutuhkan penjelasan yang baik dan dapat diterima oleh mereka. Mengapa Tuhan dapat mati? Bagaimana mungkin kematian Yesus dalam menghapuskan dosa dunia? Bagaimana mungkin Yesus sepenuhnya Allah dan juga pada saat yang bersamaan sepenuhnya manusia? Bagaimana mungkin Allah yang satu tetapi hadir dalam tiga pribadi yang berbeda (Allah Tritunggal)? Apa peran dan fungsi Roh Kudus bagi orang percaya? Apakah sorga dan neraka sungguh ada? Apa tujuan Allah menciptakan manusia dan apa maksudnya Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah? Apakah Alkitab kita sungguh-sungguh diilhamkan oleh Allah sehingga tidak ada kesalahan di dalamnya? Lalu bagaimana dengan perbedaan-perbedaan yang muncul di dalam Alkitab kita? Dapatkah kita membuktikan bahwa Alkitab diinspirasikan oleh Allah sendiri lewat para penulisnya? dan lain sebagainya.

Semua pertanyaan-pertanyaan ini membutuhkan kemampuan dan pengetahuan teologi yang baik untuk dapat menjelaskannya dan meyakinkan seseorang, sehingga mereka dapat mengerti dan menjadi percaya. Oleh karena itu, gereja sebagai sebuah lembaga yang Tuhan dirikan harus dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi jemaat untuk dapat mengakses segala pengetahuan tentang Allah dan karya-karya-Nya yang diperlukan, sehingga kendala teknis ini dapat diatasi dengan baik. Dan akan lebih baik lagi jika gereja dapat memberikan program pelatihan teologi yang lebih sistematis guna membangun fondasi yang kuat dan mempertanggungjawabkan iman percaya jemaat kepada banyak orang. Seperti seseorang mengatakan: “ Gereja tanpa teologi adalah gereja tanpa Allah, sebab teologi adalah diskusi tentang Allah dan karya-karyaNya.Dan sebagai jemaat, kita tidak boleh mengabaikan pentingnya sebuah pelatihan pemuridan yang dilakukan dalam program-program di gerejanya, serta bersedia meluangkan waktu untuk dapat diperlengkapi dan bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah dengan lebih sempurna lagi:

Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, etapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” (Yer. 9:23-24 )

sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, (Kol. 1:10 )

KESIMPULAN:

Amanat Agung yang Tuhan Yesus perintahkan sebelum Ia terangkat ke Sorga adalah merupakan sebuah perintah yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya tanpa terkecuali. Perintah untuk melaksanakan Amanat Agung bukan merupakan sebuah pilihan untuk dipertimbangkan melainkan sebuah perintah yang harus dilakukan. Namun kita menyadari bahwa pelaksanaan Amanat Agung ini memerlukan kesungguhan hati dan komitmen yang tinggi khususnya di dalam memiliki kemampuan untuk dapat mengajarkannya kepada orang lain. Hal ini membutuhkan pengetahuan yang baik tentang Allah dan karya-karyanya sehingga diperlukan sebuah  Program Pelatihan Teologi (PPT) yang baik dan sistimatis, membangun fondasi dan keyakinannya untuk dapat dibagikan kepada orang lain, baik kepada orang percaya yang membutuhkan penjelasan maupun kepada orang yang berlum percaya.

“Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” (Mat. 13:23)