Mengapa Berita Natal Pertama Kali Disampaikan Kepada Gembala.

CARA ALLAH YANG SEMPURNA

Kandang/Palungan tempat dimana Yesus dilahirkan/dibaringkan adalah tempat yang layak, bersih, terjaga baik dan rapih tidak sekotor dan sebau kandang-kandang hewan pada umumnya, seperti yang kita bayangkan selama ini.

Kabar baik tentang kelahiran Yesus sebagai juruselamat dunia adalah merupakan sebuah berita yang sangat penting dan patut di ketahui oleh semua orang. Namun mengapa Allah memilih para gembala, yang dianggap banyak kalangan sebagai kaum marginal yang sedang bekerja menjaga domba-dombanya di malam hari dan membiarkan Yesus lahir di kandang atau di palungan seperti yang diceriterakan di dalam Alkitab. Mengapa Allah mempercayakan berita yang besar ini untuk disampaikan oleh para malaikat kepada para gembala tersebut?

[show_more more=”Baca_Lebih_Lanjut…” less=” “]

Allah bisa saja memilih istana yang megah dan orang-orang yang penting dan memiliki kedudukan yang tinggi dan terhormat untuk menyampaikan berita tentang kelahiran Yesus ini, dengan tujuan untuk menarik perhatian orang banyak. Namun kelihatannya, Allah memiliki agenda lain yang jauh lebih sempurna sehingga Ia memilih untuk menyampaikan berita sukacita besar ini kepada para gembala di malam hari tentang Yesus Sang Juruselamat dunia yang dibungkus dengan kain lampin dan terbaring di palungan.

Sebelum kita masuk ke dalam penjelasannya, perlu untuk diketahui bahwa ada 2 alasan utama mengapa terkadang para penulis Alkitab tidak menjelaskan secara detil peristiwa atau kisah yang ditulisnya:

Alasan yang pertama, karena si penulis berasumsi bahwa para pendengarnya sudah mengetahui dan mengerti apa yang dimaksudkan di dalam tulisan-tulisannya sehingga tidak memerlukan penjelasan yang rinci. Namun kita sebagai pembaca pada masa kini memerlukan penelitian yang lebih dalam untuk memahami kondisi dan situasi waktu itu agar dapat menemukan penjelasan yang sesuai dengan konteksnya dan menemukan makna yang tepat yang dimaksudkan oleh sipenulisnya.

Alasan yang kedua, penulis menganggap penjelasan rinci tidak penting sehingga tidak mempengaruhi inti pesan yang ingin ia sampaikan kepada pembacanya, atau menganggap bahwa apa yang sudah ditulisnya cukup untuk menyampaikan maksud dari penulisnya. Hal ini dapat kita lihat melalui tulisan Yohanes di dalam Yohanes 20:30-31,

“Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”

TRADISI GEREJA VS KEBENARAN FIRMAN:

Tradisi gereja selama ini menampilkan kisah natal yang lebih  menekankan pada kesengsaraan bayi Yesus yang harus dilahirkan di sebuah kandang yang hina dan kotor dalam proses kelahiran-Nya, oleh karena kedua orang tuanya tidak mendapatkan tempat di penginapan. Namun kelihatannya kisah ini tidak sepenuhnya tepat dan sesuai dengan makna yang sesungguhnya dari pemberitaan Firman Tuhan tentang kelahiran Yesus.Kelihatannya jauh lebih tepat jika gambarannya adalah bahwa Yesus dilahirkan di sebuah kandang atau palungan yang layak, bersih dan terjaga baik dan rapih serta tidak berbau dan sekotor kandang-kadang hewan ternak pada umumnya seperti yang sering di tampilkan di dalam drama natal di gereja-gereja. (baca: “Rekayasa (Mitos) Drama Natal”)

Memang benar bahwa Allah seringkali menggunakan orang-orang yang lemah dan miskin yang tidak diperhitungkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya di bumi ini, namun pola seperti ini tidak harus selalu terjadi. Salah satu contohnya adalah ketika Allah memilih Paulus pada saat ia merupakan seorang yang memiliki kehormatan dan kedudukan yang tinggi serta memiliki inteligensia yang tinggi. Lagipula, Perjanjian Baru menjelaskan bahwa Yesus merendahkan diri-Nya ketika Ia menjadi serupa dengan manusia dan menjadi seorang hamba yang taat bahkan taat sampai mati di atas kayu salib (Fil. 2:8, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”). Tidak pernah disebutkan bahwa Yesus merendahkan diri-Nya dengan cara melalui proses kelahirannya di kandang atau palungan yang kotor dan hina. Perlu diketahui bahwa, inti berita natal itu sendiri dan dampak dari kelahiran-Nya sudah dituliskan dan dijelaskan di dalam Lukas 2:11 & 14,

Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud… “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”

KANDANG/PALUNGAN YANG KHUSUS DAN TERJAGA BAIK.

Sesungguhnya Perjanjian Baru hanya menyebutkan nama kota tempat kelahiran Yesus, yaitu Betlehem, kota Daud. Perjanjian Baru tidak menyebutkan secara tepat dimana letak kandang/palungan dimana Yesus dilahirkan atau dibaringkan. Namun di dalam Perjanjian Lama, terdapat sebuah nubuatan yang menyebutkan secara persis dimana tempat yang tepat bagi bayi Yesus untuk dilahirkan, yaitu nubuatan yang terdapat di dalam Mikha 4:8,

“Dan engkau, hai Menara Kawanan Domba, hai Bukit puteri Sion, kepadamu akan datang dan akan kembali pemerintahan yang dahulu, kerajaan atas puteri Yerusalem.”

Istilah “Menara Kawanan Domba” ini di dalam bahasa Ibraninya adalah “Migdal-Eder” (מִגְדַּל־עֵ֗דֶר). Migdal-Eder di Betlehem ini disebutkan beberapa kali di dalam Alkitab khususnya ketika Yakub menguburkan Rahel yang meninggal saat melahirkan anaknya, Benyamin. (Kej. 35:20-21, Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya; itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang. Sesudah itu berangkatlah Israel, lalu ia memasang kemahnya di seberang Migdal-Eder.)

Jaman dulu, Migdal-Eder adalah merupakan menara penjaga yang biasanya digunakan oleh para gembala untuk mengawasi dan menjaga ternak-ternak yang digembalakannya terhadap musuh atau binatang buas. Di dalam Targum Yahudi (Targum: terjemahan kitab Ibrani dalam bahasa Aram yang dibuat selama pembuangan Babel), Migdal Edar disebutkan dan diterjemahkan : “The Anointed One of the flock of Israel” (yang diurapi dari kawanan domba Israel). Targum Yonathan, menjelaskan Mikha 4:8 demikian:

“lalu ia memasang kemahnya di seberang Migdal-Edar, tempat dimana Raja Mesias akan menyatakan diri-Nya pada akhir jaman.”

Menurut teolog Yahudi, Alfred Edersheim (1825-1889), di dalam bukunya “The Life and Times of Jesus the Messiah,” buku 2, bab 6, menyebutkan bahwa Migdal-Eder ini bukanlah merupakan Menara Kawanan Domba biasa melainkan dikhususkan bagi domba-domba untuk persembahan yang dilakukan di Bait Allah Yerusalem. Para gembala tersebut adalah merupakan gembala-gembala yang khusus dibawah pengawasan orang-orang Farisi yang ketat dan memiliki pengetahuan yang sangat baik berkenaan dengan syarat-syarat persembahan korban Bait Allah, yang menuntut agar setiap hewan yang akan dikorbankan tidak bercacat dan bercela. Mereka adalah gembala-gembala yang unik dengan tugas-tugas yang khusus menyiapkan domba-domba yang layak untuk dipersembahkan di Bait Allah.

Oleh karena itu, para gembala ini memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga agar domba-domba tersebut tidak kotor, terluka, cacat atau bercela. Konon para gembala ini menggembalakan domba-dombanya di luar sepanjang tahun. Itu mungkin menjelaskan mengapa mereka masih ada di padang saat malam hari ketika seorang malaikat menampakkan diri dihadapan mereka dan menyampaikan kabar sukacita tersebut. Jika terdapat domba betina yang akan melahirkan maka akan di bawa ke dalam menara tersebut dan ketika anak domba tersebut lahir maka di balut dengan kain lampin untuk menjaga agar tidak terluka atau tercela. Dengan demikian, “Kandang” atau “Palungan” ini harus benar-benar bersih, layak, dan terjaga agar tidak merusak anak domba yang dilahirkan tersebut.

KESEMPURNAAN CARA ALLAH BEKERJA

Allah secara tepat dan sempurna memilih para gembala sebagai target utama pemberitaan kelahiran Yesus oleh karena Yesus datang sebagai Anak Domba Allah yang akan menebus dosa umat manusia. Dialah satu-satunya sebagai korban pengganti yang layak, tidak bercacat dan bercela, sekali dan untuk selama-lamanya, menggantikan cara lama dengan korban hewan yang harus dilakukan berulang-ulang.

“Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12)

Penting untuk diketahui adalah bahwa Natal bukan hanya untuk menunjukkan kasih Allah atas dunia ini melainkan juga untuk menunjukkan keadilan Allah yang akan menghakimi dunia atas dosa-dosanya.

“Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya… Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa… Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. (Ibrani 10:1,3,10)

Oleh karena itu, para gembala tahu persis dimana mereka dapat menemukan bayi Yesus tanpa harus dijelaskan oleh malaikat itu. Malaikat itu hanya menyebutkan tanda-tandanya yaitu “terbungkus kain lampin” dan “terbaring di palungan,” dan ini merupakan gambaran rutin yang selalu mereka temui dan kerjakan di dalam tugas mereka sehari-hari di dalam mempersiapkan korban persembahan yang layak bagi Allah di Bait Allah.

Para gembala ini adalah orang-orang yang tepat sebagai penerima berita pertama dari Natal, di waktu yang tepat, pada malam hari, dimana terang telah datang untuk mengatasi kegelapan, dan tempat yang tepat yaitu, Migdal-Eder yang merupakan tempat yang sempurna untuk bayi Yesus dilahirkan sebagai pengganti hewan korban Bait Allah dan dengan cara yang tepat yaitu “Terbungkus dengan kain lampin” sebagai gambaran korban yang terjaga, tidak bercacat dan bercela.

Allah melakukannya dengan sempurna untuk menyampaikan berita tentang kelahiran Juruselamat Dunia. The right man (para gembala) in the right time (di malam hari), at the right place (di Migdal-Eder) thru the right way (terbungkus kain lampin dan terbaring di palungan). Begitu sempurnanya!

Apakah Anda masih meragukan cara Allah bekerja dalam kehidupan Anda? Apapun yang terjadi di dalam kehidupan Anda, percayakanlah kepada Dia yang akan melakukannya secara sempurna dalam kehidupan Anda.

Tuhan Memberkati Kita Semua.

Soli Deo Gloria.[/show_more]