Modul 2 – Bibliologi and Hermeneutika

[Bibliology & Hermeneutics]

Sesi – #1

OTORITAS

Siapa yang dapat kita percayai?

Bagian ini akan membicarakan tentang penetapan otoritas, yaitu apa atau siapa yang memiliki wewenang atau hak untuk menentukan segala aturan berkaitan dengan keyakinan atau sikap maupun tindakan dalam kehidupan orang percaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Otoritas itu sendiri dapat diartikan sebagai:

  1. kekuasaan yg sah yg diberikan kepada lembaga dalam masyarakat yang memungkinkan para pejabatnya menjalankan fungsinya;
  2. hak untuk bertindak;
  3. kekuasaan; wewenang;
  4. hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk memerintah orang lain.

Isu ini berkatian dengan pertanyaan kemana orang percaya seharusnya pergi untuk mendapatkan kepastian dari suatu kebenaran atas keyakinannya itu sendiri. Dalam realitanya, banyak pihak yang mengklaim dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan tentang sesuatu berkaitan dengan apa yang mereka yakini sebagai sebuah kebenaran yang pada kenyataannya seringkali bertentangan satu dengan yang lainnya. Hal ini menyebabkan kebingungan dari umat percaya untuk menentukan siapa atau mana yang benar. Bagian ini akan mengarahkan anda kepada satu sikap yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang percaya di dalam menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut.

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting yang akan diulas dalam bagian ini:

  • Apa yang dimaksud dengan SOLA SCRIPTURA?
  • Apa pengertian Roma Katholik terhadap Tradisi?
  • Apa yang dipercayai oleh Ortodoks Timur berkaitan dengan Tradisi?
  • Apa perbedaan antara SOLA SCRIPTURA dan SOLO SCRIPTURA?

KISAH REFORMASI :

Kutipan di bawah ini adalah merupakan kunci dari argumentasi yang diucapkan oleh Martin Luther dalam perjuangannya untuk mengembalikan otoritas iman dan kehidupan orang percaya kepada Alkitab, yang awalnya didominasi oleh gereja. Martin Luther menentang otoritas absolut yang dipegang oleh Katolik Roma yang dalam sejarahnya terbukti seringkali melakukan kesalahan dan bahkan terjadi penyalah-gunaan kekuasaannya, sehingga menolak infalibilitas dari Paus (“Infalibilitas” dalam bahasa Inggris: infallibility, adalah doktrin yang dipegang oleh Roma Katolik bagi “ketidakmampuan untuk berbuat salah” dalam mengajar kebenaran yang dinyatakan oleh Paus.”) Bagi Martin Luther, kitab suci adalah merupakan satu-satunya sumber kebenaran yang tidak ada salah di dalam tulisan aslinya (inneransi) dan tidak dapat salah berkaitan dengan pengajaran-pengajarannya (infalible).

“Kecuali Saya diyakinkan oleh kesaksian dari kitab suci atau alasan yang jelas – Saya tidak mempercayai baik Paus maupun Dewan saja, karena sudah pasti mereka sering salah dan saling bertentangan satu dengan yang lain – Saya diteguhkan oleh kitab suci yang saya kemukakan , dan hati nurani saya ditawan oleh Firman Allah, dan saya tidak bisa dan tidak akan mencabut apa-apa, melihat itu tidak aman atau benar untuk bertindak melawan hati nurani. Tuhan Tolong saya. Amin. “

Unless I am convinced by the testimony from scripture or by evident reason – for I confide neither in the Pope nor in a Council alone, since it is certain they have often erred and contradicted themselves – I am held fast by the scriptures adduced by me, and my conscience is held captive by God’s Word, and I neither can nor will revoke anything, seeing it is not safe or right to act against conscience. God help me. Amen.” =Martin Luther= (Diet of Worms, April 18, 1521)

Lima Pandangan Utama:

Berikut ini adalah merupakan lima pandangan utama berkaitan dengan otoritas yang terjadi di dalam perkembangan sejarah kehidupan gereja.

  1. Sola Ecclesia
  2. Prima Scriptura
  3. Regula Fidei
  4. Sola Scriptura
  5. Solo Scriptura

APA YANG DIMAKSUD DENGAN TRADISI?

Sebelum masuk ke dalam pembahasan lima pandangan berkaitan dengan otoritas di atas, kita perlu memahami dahulu bahwa sesungguhnya terdapat dua (2) macam tradisi atau kebiasaan yang diajarkan secara turun-temurun, yang berkembang di dalam kehidupan sejarah gereja mula-mula. Hal ini menjadi penting untuk diketahui dan dipahami sebab adanya kesalah-pahaman yang menganggap bahwa Sola Scriptura yang dipegang teguh oleh gereja-gereja protestan tidak menghormati tradisi kerasulan yang ada. Bagi gereja protestan, tradisi yang diakui adalah tradisi yang pada hakekatnya merupakan ringkasan dari Alkitab itu sendiri, seperti pada definisi pertama (1) dari tradisi berikut di bawah ini.

Dua Macam Tradisi dalam Sejarah Gereja:

Istilah Tradisi 1 dan Tradisi 2 yang digunakan disini bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada kita bahwa terdapat perbedaan pemahaman di dalam gereja berkaitan dengan istilah tradisi yang ada dalam sejarah perkembangan gereja. Berikut adalah penjelasannya:

Tradisi 1 Sebuah “kesimpulan (ringkasan)” dari ortodoksi kekristenan yang telah dianut secara katolik (universal/umum) sejak dari mula dinyatakan.  Kesimpulan ini infallible (tidak dapat salah) hanya karena kesimpulan ini secara akurat mewakili Alkitab. Jika tidak secara akurat mewakili Alkitab maka hal itu bukanlah sebuah tradisi yang benar. Oleh karena itu,  benar tidaknya suatu kesimpulan akan tergantung pada kebenaran dan sesuai dengan Alkitab. Seringkali disebut dengan istilah Regula Fidei.

Tradisi 2 Sebuah materi yang tidak tertulis dan tidak dapat salah (inffalible) yang mengandung informasi diluar dari apa yang terdapat di dalam Alkitab (contoh: doktrin Maria, infalibilitas dari Paus). Tradisi ini dimulai dari pengajaran para Rasul yang diserahkan kepada para penerusnya (keuskupan). Tradisi ini hanya dinyatakan ketika muncul isu-isu dimana seorang Paus atau sebuah konsili diperlukan untuk berbicara secara otoritatif dari “deposit” informasi (informasi yang terkumpul/deposit of information). Seringkali disebut dengan istilah “Living Tradition.”

Berdasarkan kamus umum American Heritage, “tradisi” diartikan sebagai berikut:

  • Bagian-bagian dari suatu budaya yang di sampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi, terutama dengan cara komunikasi oral.
  • Sebuah cara pemikiran atau sikap yang diikuti oleh orang-orang secara terus menerus dari generasi ke generasi; sebuah kebiasaan.
  • Suatu bentuk pandangan-pandangan religius yang tidak tertulis.
  • A time-honored practice or set of such practices.

 

Regula Fidei

“Rule of Faith”

Sebuah ungkapan Yunani yang sering digunakan oleh gereja mula-mula sebagai sebutan untuk kumpulan-kumpulan iman percaya keKristenan. Regula Fidei dipandang sebagai iman yang dipegang teguh “selalu, dimana saja dan oleh semua orang.” Dipandang sebagai sebuah warisan yang diberikan, bukan melalui informasi yang diinspirasikan ataupun infallible seperti Alkitab, tetapi sebagai yang mewakili doktrin-doktrin penting dan elemen-elemen moral dari iman yang terkandung di dalam Alkitab.

1. SOLA ECCLESIA

Keyakinan bahwa Tradisi, yang diwakili oleh otoritas magisteral dari gereja Roma Katolik, tidak dapat salah (infallible) dan setara dengan Alkitab sebagai sebuah sumber doktrin; sebagai otoritas terakhir bagi keputusan dalam menyelesaikan segala permasalahan keyakinan dan tindakan praktis iman, sebab gereja harus menetapkan dan menafsirkan Alkitab.

Pendukung: Roma Katolik

Tradisi : Tradisi 2

Nama Lain : Dual – Source Theory

Dalam ilustrasi di atas ini, perkembangan otoritas dibagi ke dalam tiga (3) periode: Periode Para Rasul, Periode Gereja dan Periode Selanjutnya sesudah kanonisasi Alkitab, khususnya kitab Perjanjian Baru terbentuk. Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa pada masa kerasulan, terdapat sekumpulan informasi berkaitan dengan iman dan keyakinan (Deposit of Faith) atau tradisi yang diajarkan oleh para Rasul (Yudas 1:3) yang diterima secara universal.

Pada Periode Para Rasul, Alkitab itu sendiri belum terbentuk, yang digambarkan oleh garis putus-putus, dan otoritas gereja memegang kendali dan bertanggung jawab di dalam menjelaskan dan menafsirkan tradisi yang tidak tertulis ini. Pada periode dimana kanonisasi Perjanjian Baru terbentuk (Kanonisasi Perjanjian Lama sudah terbentuk sebelumnya), praktek ini terus dipertahankan hingga saat ini dimana gereja yang dipimpin lewat otoritas kepausan yang harus bertanggung jawab di dalam menentukan suatu penyataan kebenaran yang harus dipegang teguh dan dilakukan oleh umat.

Ilustrasi di bawah ini memberikan gambaran dari kondisi yang terjadi seperti yang dijelaskan di atas dimana tradisi yang diwakilkan oleh gereja berada pada posisi terdepan yang sejajar dengan Alkitab itu sendiri atau disebut juga dengan dual-source theory. Namun pada kenyataanya, lebih sering terjadi dimana gereja menduduki posisi terdepan dan Alkitab lebih sedikit di belakang oleh karena gereja harus menetapkan keyakinan mana yang harus dipegang oleh umat.

Katekismus dari Gereja katolik:

81 “Sacred Scripture”  is the speech of God as it is put down in writing under the breath of the Holy Spirit. (“Kitab Suci” adalah perkatan Allah seperti yang diletakkan secara tertulis di bawah nafas Roh Kudus.”)

And [Holy] Tradition transmits in its entirety the Word of God which has been entrusted to the apostles by Christ the Lord and the Holy Spirit. It transmits it to the successors of the apostles so that, enlightened by the Spirit of truth, they may faithfully preserve, expound and spread it abroad by their preaching.

82 As a result the Church, to whom the transmission and interpretation of Revelation is entrusted, “does not derive her certainty about all revealed truths from the holy Scriptures alone. Both Scripture and Tradition must be accepted and honored with equal sentiments of devotion and reverence” (Penekanan ditambahkan).

Apa yang membuat sebuah pengajaran tidak mungkin salah (infallible)?

Terdapat dua dasar utama dimana sebuah pengajaran dapat memiliki sifat infabilitas (tidak dapat salah) di dalam keyakinan Katolik Roma:

  1. Paus berbicara sendiri mengenai permasalahan iman atau moral (ex xathedra): contoh: papal bulls, encyclicals.
  2. Saat Paus dan para uskup berbicara bersama memutuskan permasalahan iman atau moral. Contoh: ecumenical councils dan creeds.

 

2.PRIMA SCRIPTURA

Yang dimaksudkan dengan otoritas berdasarkan Prima Scriptura adalah keyakinan bahwa tubuh Kristus memiliki dua sumber yang berbeda dalam otoritas iman dan dalam kehidupan umat percaya. Kedua sumber tersebut adalah:

1. Alkitab dan

2. Tradisi.

Namun perlu diperhatikan disini adalah bahwa Alkitab merupakan yang paling utama dari sumber otoritas, tetapi Alkitab sendirian tidak cukup dalam artian mencakup dengan jelas semua permasalahan iman dan praktek kehidupan nyata.  Oleh karenanya masih dibutuhkan tradisi yang diwakilkan oleh otoritas gereja yang juga memiliki elemen esensial yang diperlukan bagi kehidupan Kristen yang produktif.

Pendukung :  Beberapa Roma Katolik, Beberapa Eastern Ortodox, Beberapa Protestan.

Tradisi : Tradisi 1

Dalam ilustrasi di bawah ini, “Tradisi Tidak Tertulis” (paradosis) atau pengajaran-pengajaran yang disuarakan oleh otoritas gereja tetap diperlukan. Penekanan terhadap otoritas gereja semakin melemah yang digambarkan dengan garis putus-putus dimana sebaliknya Alkitab semakin teguh dipegang sebagai sumber kebenaran sejati yang digambarkan dengan garis yang semakin menebal (tidak terputus-putus). Gereja bertanggung jawab dalam menafsirkan Alkitab dengan benar dan berisi doktrin serta moral yang ektra biblika atau di luar dari Alkitab. Karena Alkitab sendiri dianggap tidak mencakup dengan jelas segala permasalahan yang timbul berkaitan dengan keyakinan dan praktek kehidupan iman jemaat. Namun demikian, hal penting yang patut diketahui dalam prinsip Prima Scriptura ini adalah bahwa tradisi ini tidak pernah bertentangan dengan Alkitab itu sendiri.

Ilustrasi di bawah ini menunjukkan prinsip dari Prima Scriptura, posisi Alkitab sedikit lebih di depan dibandingkan dengan tradisi atau pengajaran-pengajaran tidak tertulis dari gereja. Ini menunjukkan prioritas kebenaran tetap berada pada Alkitab itu sendiri dimana tradisi tidak dapat bertentangan dengan Alkitab.

 

3. REGULA FIDEI

Keyakinan bahwa tradisi adalah sebuah “ringkasan” dari Alkitab yang memiliki sifat “tidak dapat salah” (infabilitas) yang disampaikan melalui penerus para Rasul. Secara tegas hanya ada satu sumber penyataan tetapi dua sumber otoritas. Dengan kata lain, Tradisi adalah Alkitab itu sendiri.

Pendukung : Eastern Ortodox, Gereja mula-mula, beberapa injili.

Tradisi : Tradisi 1

Dibawah ini adalah ilustrasi yang menggambarkan prinsip dari Regula Fidei  dimana tradisi yang tidak tertulis kemudian menjadi kurang dominan dan kehilangan pengaruhnya, atau dengan kata lain, tradisi yang diakui sesungguhnya adalah tradisi yang merupakan ringkasan dari Alkitab itu sendiri dengan demikian setara dengan Alkitab.

Ilustrasi berikut di bawah ini menunjukkan dimana posisi yang paling depan adalah tradisi yang adalah ringkasan dari Alkitab itu sendiri.

 

4. SOLA SCRIPTURA

Keyakinan bahwa Alkitab merupakan otoritas final dan satu-satunya yang infallible untuk orang Kristen dalam segala hal berkaitan dengan iman maupun kehidupan praktis.

Pendukung : Evangelicals (Injili), Reformers.

Tadisi : Tradisi 1

Ilustrasi di bawah ini menggambarkan prinsip dari Sola Scriptura dimana serupa dengan prinsip yang ada pada Regula Fidei . Hal ini disebabkan bahwa prinsip Sola Scriptura bukan berarti meniadakan pentingnya otoritas gereja. Hanya saja, otoritas akhir dan satu-satunya yang memiliki sifat infabilitas atau “tidak dapat salah” hanya Alkitab. Gereja tidak memiliki sifat infabilitas.

Ilustrasi di bawah ini menunjukkan satu-satunya posisi yang terdepan adalah Alkitab itu sendiri. Sedangkan tradisi yang diwakilkan oleh gereja tidak dihilangkan dan setara dengan akal budi atau pengertian, dimana ini menggambarkan sebuah prinsip: iman membutuhkan pengertian (akal budi) dan pengertian membutuhkan iman (fide quaerrens intellectum, faith seeking understanding).

 

5. SOLO SCRIPTURA

Keyakinan bahwa Alkitab adalah merupakan satu-satunya otoritas dalam kehidupan orang Kristen. Tradisi tidak ada artinya dan menyesatkan dan creeds and confession (pengakuan-pengakuan iman) merupakan tradisi buatan manusia. Dengan kata lain, Solo Scriptura menolak tradisi yang diwakilkan oleh gereja atau bentuk-bentuk lain sebagai sumber kebenaran (akal budi, pengalaman, wahyu umum dan khusus, dan lain sebagainya).

Pengikut  : Fundamentalisme, Restoration Churches

Tradisi : Tidak ada (atau Tradisi 0)

Dalam ilustrasi di bawah ini menggambarkan prinsip dari Solo Scriptura dimana perkembangan dari sebuah kebenaran tetap bertumpu pada Alkitab saja dan menolak sumber-sumber kebenaran lainnya sebagai sumber yang dapat memberikan masukan dari kebenaran itu sendiri.

Ilustrasi di bawah ini menjelaskan dimana hanya ada Alkitab di dalam stage of truth dan menghilangkan atau tidak mengakui semua sumber-sumber kebenaran lainnya sebagai sesuatu yang dapat menegakkan kebenaran itu sendiri.

 

Diagram-diagram di bawah ini merupakan ringkasan dari pembahasan-pembahasan sebelumnya.  Diagram yang pertama ini menggambarkan perkiraan masing-masing posisi berdasarkan pada penghormatan individualistik terhadap otoritas. Semakin mengarah kekiri menjelaskan terjadinya otoriterisme absolute dan sebaliknya, semakin ke arah kanan menjelaskan terjadinya otoritas absolut yang sifatnya individualistik.

Diagram di bawah ini menjelaskan sudut pandang yang membandingkan antara posisi Alkitab dan Tradisi sebagai sumber otoritas. Semakin ke arah kiri menunjukkan posisi yang sangat memandang tinggi Alkitab dan pada saat bersamaan memandang tinggi Tradisi juga. Sedangkan sebaliknya, arah yang semakin kekanan menunjukkan posisi yang sangat memandang tinggi Alkitab sebagai sumber otoritas namun memandang rendah tradisi yang diwakilkan oleh gereja.

A :     Tradisi yang diwakili oleh otoritas magister dari Roma Katolik yang adalah infallible dan setara dengan Alkitab sebagai sumber doktrin. Merupakan otoritas terakhir di dalam segala hal berkaitan dengan iman dan kehidupan praktis dengan alasan mereka sebagai penentu dan penafsir Alkitab itu sendiri.

B:       Alkitab merupakan yang paling utama dan satu-satunya otoritas yang infallible bagi kekristenan dalam segala hal baik dalam iman maupun kehidupan praktis. Tradisi diwakili oleh gereja juga penting dan berguna tetapi bukan yang utama dan infallible. Tradisi diakui benar jikalau tidak kontradiksi dengan Alkitab (Alkitabiah).

C:      Alkitab merupakan otoritas satu-satunya di dalam kehidupan Kristen. Tradisi tidak berguna dan menyesatkan. Creed dan Confession merupakan tradisi yang dibuat manusia.

Diagram di bawah ini merupakan pandangan subyektif berkaitan dengan perkiraan posisi dari beberapa gereja terhadap kelima otoritas tersebut.

Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa ketiga prinsip otoritas yaitu Prima Sriptura, Regula fidei dan Sola Scriptura  adalah merupakan prinsip-prinsip yang menekankan pada komunitas pneumatalistik yang mengakui bahwa komunitas tubuh kristus sebagai yang menentukan kebenaran itu sendiri. Kebenaran tidak ditemukan dalam individu maupun institusi semata namun dalam komunitas tubuh Kristus secara universal. Dari diagram ini kita dapat melihat bahwa semakin ke arah kiri, menekankan kepastian absolut ditemukan dalam institusi dan sebaliknya semakin ke arah kanan kepastian absolut ditemukan dalam individu.