Modul 1 – Pendahuluan (Introduction to Theology)
Sesi – #3
Kategori Dalam Teologi
Apa saja perbedaan dari bidang-bidang dalam Teologi? dan
Bagaimana seharusnya kita melakukan proses berteologi yang baik dan benar
Berikut ini adalah merupakan beberapa kategori dalam teologi dan tabel-tabel perbandingan antara Teologi Sistematika dengan kategori teologi lainnya: Biblika, Historikal, Filosofikal. Creedal, dan apologetika. Tabel-tabel ini menunjukkan perbedaan-perbedaan utama yang dimiliki di dalam teologi sistematika dengan yang lainnya.
Katagori di dalam teologi :
-
- Teologi Sistematika. Sebuah sistem belajar teologi yang mengambil dari semua sumber wahyu untuk mendapatkan kesimpulan yang sistematis tentang apa yang sudah diungkapkan berkaitan dengan berbagai disiplin teologis.
- Teologi Biblika. Sebuah sistem pembelajaran teologi yang menggunakan Alkitab sebagai sumber satu-satunya. Teologi Biblika dapat dilakukan dengan melihat kepada sebuah kitab tertentu, Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, teologi dari seorang penulisnya atau Alkitab secara keseluruhan.
- Teologi Historikal (Sejarah). Sebuah sistim pembelajaran teologi yang menggunakan sejarah gereja sebagai sumber utamanya. Teologi Historikal mempelajari pergumulan, perkembangan dan artikulasi doktrin sepanjang sejarah.
- Teologi Filosofikal (Filsafat). Sebuah sistim pembelajaran teologi yang menggunakan akal “reason” dan wahyu umum sebagai sumber utamanya. Kebanyakan argumentasi keberadaan Allah akan dimasukkan sebagai teologi filosofikal.
- Teologi Dogmatika/Kredo. Sebuah sistim pembelajaran teologi yang menggunakan pengakuan-pengakuan iman dari institusi Kristen tertentu seperti Westminster Confession of Faith atau Konsili Trent.
- Teologi Apologetika. Sebuah sistim pembelajaran teologi yang fokus kepada usaha mempertahankan kebenaran Kekristenan bagi orang-orang yang belum percaya.
BIBLIKA SISTEMATIKA - Membatasi formulasi teologi hanya kepada Alkitab
- Memformulasikan teologi dari semua sumber teologi termasuk Alkitab.
- Terkadang meneliti satu bagian dari Alkitab untuk memformulasikan pandangan tceologi tertentu yang terbatas pada waktu tertenti/dan orang tertentu (contoh: teologi sebelum jaman musa).
- Menghubungkan seluruh Alkitab untuk memformulasikan sebuah pandangan teologi secara umum untuk segala waktu dan bagi semua orang.
- Terkadang mempelajari pandangan teologi dari penulis tertentu (contoh: Teologi Paulus, Teologi Yohanes, dll.)
- Menghubungkan informasi pada sebuah doktrin dengan mempelajari pandangan teologi dari semua penulis.
HISTORIKAL SISTEMATIKA - Membatasi formulasi pandangan teologi hanya pada sejarah gereja.
- Memformulasikan teologi dari semua sumber teologi.
- Terkadang mempelajari hanya satu periode dari sejarah gereja untuk memformulasikan pandangan teologi tertentu yang terbatas pada waktu tertentu (contoh: Patristic, Medieval, Reformation).
- Menghubungkan seluruh sejarah gereja untuk memformulasikan sebuah pandangan teologi umum bagi segala waktu dan bagi semua orang.
FILOSOFIKAL SISTEMATIKA - Membatasi formulasi pandangan teologi hanya kepada pemikiran yang pasti (Dapat dibuktikan dengan akal budi).
- Memformulasikan teologi dari semua sumber teologi.
- Terkadang mempelajari sejarah filosofi dari waktu tertentu guna memformulasikan sebuah pandangan teologi tertentu yang dibatasi dengan periode tertentu (contoh: masa pencerahan, modern, postmodem)
- Menghubungkan seluruh sejarah filosofi untuk memformulasikan sebuah pandangan teologi umum untuk segala waktu dan bagi scmua orang.
PENGAKUAN (CREEDAL) SISTEMATIKA - Membatasi formulasi pandangan teologi hanya kepada institusi religi tertentu atau denominasi.
- Memformulasikan pandangan teologi dari seluruh sumber termasuk pernyataan berbagai konsili dari institusi dan denominasi.
APOLOGETIKA SISTEMATIKA - Memformulasikan pandangan teologi untuk tujuan menjelaskan dan mempertahankan iman dari serangan diluar gereja.
- Memformulasikan pandangan teologi untuk tujuan menciptakan pemahaman yang komprehensif dan berkaitan dengan berbagai doktrin.
I. SYSTEMATIC THEOLOGY (Teologi Sistimatika) :
Di bawah ini adalah merupakan studi-studi yang termasuk di dalam studi teologi sistematika berikut dengan penjelasan-penjelasan singkatnya.
- Prolegomena : Secara literal berarti “sesuatu yang dibicarakan sebelumnya.” Berkaitan dengan masalah-masalah dasar dari teologi seperti metodologi, sumber-sumber dan akal budi untuk belajar teologi dan lain sebagainya.
- Bibliologi : Ilmu yang mempelajari hal-hal berkaitan dengan Alkitab, transmisi (penyebaran), kanonisasi dan tujuan dari Alkitab dan lain sebagainya.
- Teologi Proper : Mempelajari keberadaan Allah, hal-hal yang berkaitan dengan Allah, sifat-sifat Allah. Terkadang disebut juga “Trinitarianisme.”
- Kristologi : Mempelajari pribadi dan karya-karya yang berkaitan dengan pribadi Kristus.
- Pneumatologi : Mempelajari pribadi dan karya-karya Roh Kudus.
- Anthropologi : Mempelajari hal-hal berkaitan dengan manusia, sebelum dan sesudah kejatuhannya dalam dosa dan lain sebagainya.
- Hamartologi : Mempelajari hal-hal berkaitan dengan dosa, asal dosa dan pengaruhnya terhadap seluruh ciptaan dan lain sebagainya.
- Angelologi : Mempelajari tentang malaikat dan pekerjaan iblis.
- Soteriologi : Mempelajari tentang keselamatan.
- Ekklesiologi: Mempelajari tentang gereja, maksud Allah mendirikannya di akhir jaman, tujuannya dan lain sebagainya.
- Eskatologi: Mempelajari tentang akhir jaman, masa depan bangsa Israel dan gereja, nubuatan-nubuatan dalam kitab Wahyu, dan lain sebagainya.
Gambar di bawah ini dapat membantu anda untuk memahami perbedaan antara eksegesa, teologi dan homeletika atau aplikasinya. Proses ini sering disebut sebagai proses homeletika. Kita akan sering kembali kepada ilustrasi ini sepanjang program teologi ini.
Teologi Sistematika/Proses Teologi
Seperti pada ilustrasi di bawah ini, menunjukkan bahwa Teologi Sistematika memanfaatkan semua sumber informasi yang ada di dalam proses awalnya (Tahap 1) untuk medapatkan pernyataan eksegetikal, yaitu pernyataan atau pandangan yang di dapat dari hasil penafsiran secara literal melalui penggalian Alkitab berdasarkan konteksnya, Sejarahnya dan Gramatikanya. Tujuan utama pada tahap ini adalah untuk menemukan makna yang dimaksudkan oleh si Penulis Aslinya (Author’s intent). Maksud dari si Penulis aslinya akan menjadi kendali utama di dalam menafsirkan alkitab, bukan pandangan atau pengertian sendiri yang dipaksakan ke dalam penafsiran alkitab.
Proses ini dilanjutkan dengan apa yang di sebut Analogi Alkitab (tahap 2), yaitu membandingkan setiap pemahaman yang diperoleh, baik itu lewat pengalaman, tradisi, perasaan atau emosi, wahyu khusus selain Alkitab (yang diakui oleh beberapa pihak, contohnya, penglihatan-penglihatan, mimpi-mimpi dan lain sebagainya) dan akal budi dengan Alkitab itu sendiri (Alkitab menafsirkan Alkitab). Makna yang ada pada setiap bagian di dalam Alkitab tidak mungkin saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pernyataan teologis atau menemukan kebenaran yang diajarkan yang berlaku sepanjang masa. Ini adalah merupakan prinsip-prinsip yang diajarkan dari tiap-tiap bagian Alkitab yang sedang dipelajari.
Tahap terakhir (tahap 3) merupakan bagian yang sangat penting lainnya dalam proses ini yaitu bagaimana prinsip-prinsip pengajaran yang sudah ditemukan dalam tahap 2 kemudian di aplikasikan atau dilakukan dalam kehidupan kita secara kontekstual (Pernyataan Homeletika). Arti dari bagian Alkitab yang dipelajari akan memiliki satu makna yaitu apa yang dimaksudkan oleh si Penulis aslinya yang ditujukan kepada para pembaca aslinya, namun dalam aplikasinya, prinsip-prinsip yang diajarkan tersebut dapat diterapkan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan konteks yang ada pada masa kini.
Teologi sistimatika
TEOLOGI LIBERAL
Ilustrasi di atas ini menggambarkan orang-orang yang tidak memandang kepada kebenaran yang berlaku sepanjang masa atau prinsip-prinsip yang diajarkan di dalamnya dan tidak memiliki keinginan untuk mengaplikasikannya ke dalam kehidupan pribadi mereka. Ini akan menjadi metode yang konsisten dari metode yang digunakan oleh kaum liberal, ateis atau agnostik. Ini merupakan cara praktis dari para ateis menjalankan kehidupan mereka. Tidak ada kebenaran yang berlaku sepanjang masa yang akan mengikat mereka dan tidak ada moral yang mengarahkan tindakan-tindakan mereka.
HYPOCRITICAL FOLK THEOLOGY
Ilustrasi ini menggambarkan orang-orang yang membangun teologinya atau cara pandangnya tanpa memperhatikan sumber-sumber dan tidak ada keinginan untuk mengaplikasikannya di dalam kehidupan mereka. Semua hanya berisi informasi atau pengetahuan yang tanpa mendasar.
SUBYEKTIF TEOLOGI (RESPON PEMBACA)
Apa yang akan terjadi jika teologi dibangun tanpa sumber-sumber, kebenaran sepanjang masa, dan hanya berisikan aplikasi atau penerapan subyektif. Ilustrasi di bawah ini menggambarkan sebuah pendekatan teologi postmoderenisme yang sangat umum pada hari-hari ini saat keinginan terbesarnya adalah untuk lebih memiliki rasa toleransi dan saling menerima. Ini dapat disebut juga sebagai ” “unity-at-the-expense-of-truth” theology. “
IRRELEVANT THEOLOGY
Ilustrasi di bawah ini menggambarkan orang-orang yang langsung menerapkan aplikasinya berdasarkan pendengar di masa lalu tanpa memperhatikan makna teologisnya dalam konteks masa kini. Banyak kelompok yang meyakinin bahwa ini merupakan cara menafsirkan Alkitab yang paling memiliki integritas. Ini mental yang disebut “Alkitab mengatakannya, mari lakukan.” Ini merupakan kesalahan bahwa aplikasinya langsung diterapkan pada kita padahal perintah atau petunjuk ayat tersebut secara khusus berlaku bagi orang-orang atau pendengar pada masa lalu. Hal ini mengabaikan kebiasaan atau budaya pada waktu itu. Dalam metode seperti ini, tidak ada prinsip-prinsip yang dikeluarkan dan di aplikasikan secara khusus pada budaya yang berbeda.
Contoh dari kasus ini adalah gereja-gereja yang membaca 1 Korintus 11:6 dan membuat sebuah kewajiban bagi perempuan untuk memakai kerudung, sekalipun pada budaya mereka saat itu, tidak terdapat signifikansi/keentingan di luar lingkungan gereja. Tindakan dilakukan sekalipun prinsipnya tidak demikian. Pada dunia kuno, wanita yang tidak menggunakan kerudung dianggap sebagai perlawanan terhadap aturan Allah mereka sebagai seorang wanita. Dan ini berbeda dengan makna saat ini. Prinsip yang harus ditampilkan adalah bahwa perempuan perlu mengerti dan menghargai kedudukannya sebagai perempuan. Kemungkinan aplikasi yang dapat diterapkan pada masa kini adalah dengan mengatakan bahwa perempuan yang sudah menikah harus menggunakan nama marga suaminya.
Contoh lainnya adalah gereja-gereja yang tidak mengijinkan alat-alat music di dalam gereja mereka karena Perjanjian Baru tidak menyebutkan alat-alat music tersebut. Ini adalah merupakan aplikasi langsung dari sebuah penafsiran Perjanjian Baru yang keliru dengan mengabaikan proses berteologi atau teologi sistematika yang menekankan pentingnya penafsiran dalam konteks sejarah, budaya, gramatika dan penafsiran literal untuk dapat diterapkan dengan baik dan benar dalam konteks kehidupan masa kini.
Folk Theology
Contoh dari cara berteologi seperti ini adalah: “Allah hanya mau menolong orang yang mau menolong dirinya sendiri,” “malaikat bersaya,” dan lain sebagainya.
Short-Circuit Theology
Ilustrasi di bawah ini menggambarkan orang-orang yang memulai teologinya dengan baik, mempertimbangkan sumber-sumber informasi berdasarkan konteks yang dibutuhkan di dalam memahami makna dari si Penulis aslinya dan arti yang dipahami oleh pendengar awalnya. Proses teologinya dilakukan dengan mencari prinsip-prinsip teologis dalam menemukan kebenaran yang berlaku sepanjang masa hanya aja tidak pernah memiliki keinginan untuk menerapkannya ke dalam kehidupan mereka.
Eisegetical Theology
Illustrasi ini menggambarkan orang-orang yang berteologi dengan cara yang terbalik. Dimulai dari aplikasi seperti pendapat pribadi yang subyektif dan kemudian mencoba mencari dukungannya di dalam Alkitab. Ini juga menggambarkan sebuah cara berteologi yang subyektif. Disebut juga sebagai respon pembaca, tidak ada kepedulian dari arti yang dimaksudkan oleh penulisnya, hanya sebuah makna yang artinya menurut pandangan pribadi yang sedang membacanya.
Eisegesis, adalah merupakan lawan dari eksegesis yaitu menafsirkan Alkitab dengan membacanya dari sudut pandang pembaca, memasukkan pandangannya yang ada ke dalam teks Alkitab.
Exegetical Theology
Ilustrasi berikut ini adalah merupakan sebuah metode berteologi yang benar. Dimulai dari teks dalam Alkitab, memahaminya secara kontekstual, apa maknanya bagi pendengar mula-mula (pendengar aslinya), menarik prinsip-prinsip yang diajarkan yaitu kebenaran yang berlaku sepanjang masa dan kemudian diterapkan secara kontekstual ke dalam kehidupan pendengar-pendengar masa kini.
Prinsip Berteologi dengan Baik dan Benar:
Gambar di bawah ini menunjukkan posisi dari Teologi Sistimatika di antara bidang-bidang teologi lainnya. Teologi Sistematika melibatkan semua bidang teologi dalam mencapai suatu pandangan tertentu terhadap sebuah isu yang kemudian dijadikan sebagai sumber di dalam membangun pengakuan-pengakuan atau doktrin-doktrin (Creedal and Dogmatical) dan juga digunakan di dalam mempertanggung jawabkan setiap posisi dari sebuah keyakinan atau pandangan (Apologetika).