Modul 1 – Pendahuluan (Introduction to Theology)

Sesi #6

Menentukan Esensial dan Non-Esensial

Apa yang menjadi “Sine Qua Non” dari Kekristenan?

Dalam sesi ini anda akan belajar untuk menyadari bahwa ada beberapa macam kepastian dari keyakinan yang kita pegang dan tidak semuanya harus bersifat absolut. Anda akan belajar untuk menempatkan tiap-tiap isu pada tempat dan porsi yang sesuai dan dengan murah hati menerima sebuah kenyataan bahwa ada perbedaan-perbedaan keyakinan yang terjadi di dalam kehidupan iman kekristenan di sekeliling kita.”

Apa yang dimaksud dengan ungkapan “sine qua non” dari kekristenan. Secara sederhana, sine qua non diartikan sebagai “sesuatu yang tidak boleh tidak ada” (harus ada). Jadi, ketika istilah ini dikaitkan dalam iman kekristenan, hal ini menunjukkan syarat yang harus dipenuhi tanpa terkecuali untuk disebut sebagai iman Kristen. Dalam bagian ini, hal yang termasuk di dalam sine qua non disebut juga dengan hal-hal yang “esensial” dan sebaliknya, yang bukan sinen quo non, disebut dengan hal-hal yang “non-esensial.”

Hal-hal yang esensial ini adalah merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan seseorang, sesuatu yang dapat membuat seseorang diselamatkan atau tidak diselamatkan. Sedangkan hal-hal yang non-esensial adalah hal-hal yang tidak mempengaruhi keselamatan seseorang baik dia percaya atau tidak akan sebuah isu dalam keyakinannya.

Kebenaran-kebenaran apa yang relatif dan

Kebenaran-kebenaran apa yang obyektif?

Kebenaran yang relative adalah merupakan kebenaran yang sifatnya bergantung kepada sudut pandang masing-masing dan seringkali disamakan dengan kebenaran subyektif atau kebenaran perspektif. Sedangkan kebenaran yang obyektif adalah sebuah kebenaran yang absolut dan tidak bergantung pada sudut pandang seseorang, sebuah kebenaran yang ada, baik orang tersebut mempercayainya atau tidak. Dalam bagian berikutnya kita akan belajar untuk menempatkan isu-isu apa saja yang menjadi kebenaran yang relative dan obyektif terutama di dalam iman kekristenan. Kita akan menggunakan diagram di bawah ini:

Quadrant of Objectivity

Lingkaran-lingkaran kosong dalam diagram di atas adalah tempat dimana anda menempatkan isu-isu berkaitan dengan keyakinan anda. Kebenaran obyektif yang esensial (essensial objectivity) merupakan kebenaran yang harus ada untuk keselamatan seseorang atau dengan kata lain, isu-isu apa saja yang membuat seseorang memperoleh keselamatannya. Sebagai contoh, seseorang harus mempercayai bahwa Allah ada. Jika seseorang tidak percaya bahwa Allah ada, maka tidak ada juga keselamatan. Sebagai orang yang memiliki iman kekristenan, keberadaan Allah adalah sesuatu yang harus diyakini kebenarannya secara absolut dan tidak boleh tidak ada (sine qua non) di dalam kekristenan.

Salah satu contoh lainnya adalah, dimana anda menempatkan isu berkaitan dengan kebangkitan Yesus Kristus, apakah Yesus sungguh-sungguh bangkit? Paulus mengatakan di dalam 1 Korintus 15:17, “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” Dengan demikian kebangkitan Yesus adalah merupakan hal yang esensial untuk seseorang memperoleh keselamatan,dan tanpanya tidak dapat dikatakan sebagai iman kekristenan. Seorang Kristen mau tidak mau harus mengakui bahwa kebangkitan Yesus adalah nyata, jika tidak maka itu bukan merupakan iman kekristenan. Maka bagi anda sebagai orang Kristen, diagram Kebenaran Obyektif Esensial anda akan terlihat seperti di bawah ini:

Anda harus berhati-hati di dalam menempatkan suatu isu untuk dimasukkan kedalam area yang esensial. Isu yang dimasukkan ke dalam hal esensial membuat seseorang dapat disebut sebagai Kristen jika percaya atau bukan Kristen jika tidak percaya (sesat). Sebagai contoh, jika anda menempatkan tanggal tertentu, katakanlah tanggal 15 bulan depan pada tahun ini bahwa Yesus akan datang yang kedua kali, ke dalam hal yang esensial, itu artinya anda akan menganggap orang-orang yang tidak percaya keluar dari iman kekristenan (sesat) atau kehilangan keselamatan. Tentunya kita percaya bahwa kita diselamatkan bukan karena kita percaya atau tidak percaya kepada tanggal yang tepat Tuhan Yesus akan datang yang kedua kalinya. Jadi anda tidak dapat menempatkan tanggal kedatangan Yesus yang kedua kali sebagai hal yang esensial dimana seseorang akan kehilangan keselamatan jika tidak sepakat dengan anda atau tidak mempercayai klaim anda tersebut. Hal ini lebih tepat diletakkan pada hal yang non-esensial yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.

Menentukan Esensial dan Non-Esensial

Apa yang menjadi “Sine Qua Non” dari Kekristenan?

Mana yang esensial dan mana yang non-esensial?

Berikut ini adalah merupakan gambaran dari penempatan dari kebenaran-kebenaran obyektif yang diajarkan di dalam Alkitab yang tidak termasuk dalam kategori esensial dimana tidak mempengaruhi keselamatan seseorang baik yang percaya maupun tidak percaya terhadap isu-isu tersebut.

Hal penting untuk diperhatikan adalah bahwa sejauh ini, kita baru menempatkan isu-isu yang esensial dan non-esensial yang menunjukkan perlu atau tidaknya seseorang mengakui isu-isu tersebut untuk dapat disebut sebagai orang Kristen atau tidak, dan diselamatkan atau tidak.

Bagian selanjutnya, kita akan mencoba memasukan isu-isu yang berkaitan dengan kebenaran-kebenaran yang sifatnya relatif, yaitu isu-isu yang kebenarannya bergantung pada sudut pandang seseorang atau kelompok (kebenaran subyektif dan kebenaran perspektif). Sebagai contoh: isu berkaitan dengan boleh atau tidaknya seseorang menonton film di bioskop, mungkin jawaban yang tepat adalah bergantung dengan jenis film yang akan ditonton. Apakah masuk dalam kategori untuk orang dewasa, semua umur atau remaja. Jadi jawabannya bergantung pada situasi dan kondisi tertentu.

Diagram di bawah ini menggambarkan perkiraan-perkiraan yang mungkin ditempatkan oleh seseorang terhadap kebenaran dari isu-isu yang ada yang masuk kedalam kategori Kebenaran Relatif (True Relativity): Kebenaran yang bergantung kepada situasi tertentu (situasional relativity)  dan kebenaran yang bergantung pada pandangan masing-masing (autonomous relativity).

Dimanakah Anda menempatkan masalah-masalah dibawah ini kedalam Quadrant of Objectivity ?

  • Keyakinan akan Doktin Trinitas? Mengapa?
  • Merokok? Mengapa?
  • Mengkonsumi mkanan ksehatan dan beolah rga? Mengapa?
  • Mabuk-Mabukan? Mengapa?
  • Pikiran Anda dipengaruhi oleh Psikiater? Mengapa?

Perlu dipahami bahwa kita memerlukan pengetahuan yang cukup dan hikmat yang baik untuk menempatkan setiap isu-isu berkaitan dengan apakah isu tersebut adalah isu yang obyektif dan esensial atau non-esensial, dan apakah isu tersebut adalah isu yang sifatnya realtif dalam hal kebenarannya.

Lebih jauh lagi, kita dapat mengembangkannya menjadi beberapa kategori lainnya:

  1. Apakah hal ini esensial kebenarannya penting bagi sejarah dalam ortodoksi kekristenan? Jika ya, maka seseorang harus mempertahankan kebenarannya sebagai orang Kristen yang menghargai pengakuan-pengakuan dari kebenaran iman kekristenan yang dipegang dalam tradisi gereja. Jika tidak termasuk dalam kategori ini, maka kita dapat memasukkannya kedalam kategori selanjutnya,
  2. Apakah hal yang non-esensial ini kebenarannya perlu dimasukkan kedalam esensial bagi ortodoksi tradisional,
  3. Apakah hal yang non-esensial ini kebenarannya perlu dimasukkan kedalam esensial bagi ortodoksi denominasional,
  4. Apakah hal ini penting namun tidak esensial,
  5. Apakah hal ini tidak penting,
  6. Apakah hal ini murni sebagai sebuah spekulasi.

“ For the Christian, beliefs matter, but not all beliefs matter equally”

(Bagi kekristenan, keyakinan itu penting tetapi tidak semua keyakinan itu sama pentingnya).  –  Roger Olsen

“There are those dogmatic Christians who seem to over define Christianity such that being authentically Christian includes (for them) firm adherence to a detailed set of extrabiblical belief, some of which are quite outside the Great Tradition itself.”

(Ada orang-orang Kristen yang dogmatis yang kelihatannya terlalu menentukan kekristenan sedemikian rupa bahwa untuk menjadi Kristen yang sejati harus dipastikan mengikuti sebuah rangkaian keyakinan ektra Alkitabiah secara detil, dan beberapa diantaranya justru keluar dari dari tradisi yang utama itu sendiri) –  Roger Olsen

Seberapa Pastikah Anda Terhadap Apa yang Anda Yakini?

“Certain” (Kepastian) (Webster’s)

  • Definite; fixed.
  • Sure to come or happen; inevitable.
  • Established beyond doubt or question; indisputable.
  • Capable of being relied on; dependable.
  • Having or showing confidence; assured.

Macam-Macam Kepastian:

  1. Kepastian Emosional
  2. Kepastian Absolut :
    • Kepastian Matematikal (scientific method)
    • Kepastian Analitikal (Benar melalui analisa)
  1. Kepastian Intelektual :
    • Kepastian Empiris (Berdasarkan bukti-bukti)
    • Kepastian Logikal (Apa yang masuk akal)
  1. Kepastian Moral (Apa yang dituntut)

Diagram ini dimaksudkan untuk membantu anda berpikir sungguh-sungguh tentang kepastian dari keyakinan anda. Tujuan utama disini adalah untuk membantu anda memahami bahwa ada beberapa kepastian dari sebuah kebenaran yang dinyatakan secara jelas di dalam Alkitab dan yang lainnya disajikan dengan tidak jelas. Oleh karena itu, akan ada keyakinan yang kita dapat pastikan secara penuh (+10) dan akan ada keyakinan yang kita merasa kurang pasti (+2, dst.) Sebagai contoh, Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Kristus bangkit dari kubur, dan doktrin ini harus menjadi bagian keyakinan kita yang kita pegang kepastiannya secara penuh (+10). Tetapi doktrin seperti pengangkatan pada masa pretribulasi, kita harus menyadarinya bahwa hal ini tidak diajarkan secara menyeluruh dengan jelas di dalam Alkitab (paling tidak menurut beberapa kelompok) dan menimbulkan multi tafsir. Dan karenanya, kita harus menganggapnya sebagai sesuatu yang kurang kepastiannya (+4, dst). Artinya, kita tidak perlu memaksakan suatu kebenaran harus pasti 100% oleh karena tidak semua topik di dalam Alkitab dinyatakan dengan lengkap atau kejelasan yang cukup.

Seberapa yakinkah Anda terhadap hal-hal berikut ini:

PERTANYAAN-PERTANYAAN TINGKAT KEYAKINAN
1. Bahwa Allah ada?
2. Bahwa Kristus bangkit dari kubur?
3. Bahwa Allah mengasihi Anda?
4. Bahwa Kristus akan datang dan mengangkat gereja sebelum masa kesengsaraan (Tribulasi)?
5. Bahwa Kristus datang kembali untuk berkuasa di bumi selama seribu tahun?
6. Bahwa Kristus akan datang kembali?
7. Bahwa Allah menginginkan Anda percaya kepada-Nya bahwa Ia akan melindungi Anda dari segala bahaya fisik?
8. Bahwa Allah menginginkan Anda percaya kepada-Nya bahwa Ia akan melindungi Anda dari segala bahaya emosional?
9. Bahwa Allah menginginkan Anda percaya kepada-Nya di segala situasi?
10. Bahwa Alkitab tidak memiliki kesalahan sejarah?
11. Bahwa Adam dan Hawa adalah manusia yang nyata ada?
12. Bahwa sungguh-sungguh ada seekor ular di Taman Eden?
13. Bahwa Allah sungguh-sungguh menciptakan bumi dalam arti literal 7 hari?
14. Bahwa Allah menciptakan bumi?
15. Bahwa Kristus membayar semua dosa-dosa seluruh umat manusia?
16. Bahwa Kristus mati bagi Anda?
17. Bahwa Kitab Apokripa (15 kitab dalam Alkitab Roma Katolik) tidak seharusnya ada di Alkitab?
18. Bahwa kitab 3 Yohanes harus dimasukkan dalam Alkitab?
19. Bahwa Kitab Kejadian harus dimasukkan ke dalam Alkitab?
20. Bahwa karunia bahasa lidah sudah hilang pada abad pertama?

“When you overstate, readers will be instantly on guard and everything that has preceded your overstatement as well as everything that follows it will be suspect in their minds because they have lost confidence in your judgment or your poise. Overstatement is one of the common faults. A single overstatement, wherever or however it occurs, diminishes the whole, and a single carefree superlative has the power to destroy, for readers, the object of your enthusiasm.”

Bila Anda melebih-lebihkan, pembaca akan langsung berjaga-jaga dan segala sesuatu yang telah mendahului pernyataan anda yang dilebih-lebihkan dan juga segala sesuatu yang mengikutinya akan menjadi kecurigaan di dalam pikiran mereka karena mereka telah kehilangan kepercayaan pada penilaian atau keseimbangan Anda. Pernyataan yang berlebihan adalah salah satu kesalahan yang seringkali terjadi. Sebuah pernyataan yang berlebihan, dimanapun atau bagaimanapun hal itu terjadi, akan mengurangi keseluruhan, dan satu superlatif yang tidak hati-hati memiliki kekuatan untuk menghancurkan, bagi pembaca, objek dari antusiasme Anda.)
– trunk and White, Elements of Style, (Needham Heights, MA: Allyn and Bacon), 7. –

Prinsip-Prinsip Penuntun dan Penerapannya :

  1. Jangan terpecah atas sesuatu yang non-esensial sekalipun Anda begitu yakin akan kebenarannya.
  2. Jangan pernah kompromi terhadap hal-hal yang esensial apapun konsekuensinya.
  3. Tidak perlu malu jika kita tidak yakin terhadap beberapa hal dibandingkan hal-hal yang lainnya. Alkitab tidak mengajarkan seluruhnya dengan kejelasan yang sama.
  4. Menunjukkan ketidak-pastian yang jujur tentang isu-isu yang sulit akan menjadikan Anda seorang saksi yang otentik dan berdampak besar kepada dunia Post-Modern ini.