Ketika Saya Harus Memilih (Two Wills of God)
December 16, 2012 by Freddy S.
“Life is all about choices.”
Hidup adalah pilihan. Habis bangun tidur, mau mandi atau minum kopi dulu? Mau sarapan apa hari ini? Channel TV mana yang harus saya lihat? Warna baju dan koas kaki apa yang harus saya pakai hari ini? Tempat mana yang akan saya kunjungi saat liburan nanti? Kemana saya harus menyekolahkan anak saya?…
Ternyata hidup tidak pernah dapat lepas dari sebuah pilihan. Sebuah pilihan pada dasarnya akan tergantung kepada kondisi kita dan dampak yang akan ditimbulkannya. Mana yang terbaik dan memberi kenyamanan, kelihatannya itulah yang akan menjadi pilihan kita. Tetapi bagaimana jika kita menyadari keterbatasan diri kita serta akan ada dampak yang besar yang akan terjadi baik terhadap diri kita sendiri maupun orang lain yang akan muncul akibat dari pilihan kita? Dengan demikian, semakin besar dampak yang akan ditimbulkan maka akan semakin besar kesulitan kita untuk mengambil sebuah keputusan.
Persoalan inilah yang kemudian akan menghabiskan sebagian besar waktu, tenaga dan pikiran kita untuk menentukan mana yang terbaik yang harus kita pilih. Tentu saja sebagai orang percaya, kita tidak mau salah pilih dan kemuliaan Allah lah yang akan menjadi tujuan dari segala apa yang akan kita pilih dan perbuat. (1 Kor. 10:31, “… Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”)
Namun dibalik semua itu, kita juga harus menyadari bahwa sesungguhnya ada kehendak Allah yang pasti dan akan terjadi di dalam kehidupan ini. Kehendak Allah inilah yang pada akhirnya akan menentukan hasil akhirnya (Yes. 44:7). Lalu, apakah kita dapat dengan bebas-sebebas-bebasnya menentukan pilihan kita hanya oleh karena kita menyadari bahwa segala sesuatu ada di bawah kendali Tuhan yaitu kehendak-Nya yang pasti terjadi?
Ada 2 Macam Kehendak Allah (The will of God).
- The will of Decree (Kehendak Allah atas ketetapan-Nya)
- The will of Desire/Command (Kehendak Allah atas keinginan/perintah-Nya)
.
The Will of Decree (Kehendak Allah atas ketetapan-Nya):
Ada kehendak Allah yang harus dan pasti terjadi, yaitu peristiwa yang ada dibawah kendali, kekuasaan dan kedaulatan penuh dari Allah untuk melakukan sesuatu. Kehendak inilah yang akan kita terima dan alami tanpa dapat kita hindari sekalipun melawan hukum alam (kelahiran Yesus dari perawan Maria, Musa membelah laut Teberau, Lazarus di bangkitkan, dsb.) Ungkapan “tidak ada yang mustahil bagi Allah” inilah yang menggambarkan kehendak Allah atas ketetapan-Nya (The will of Decree).
Yesus berkata tentang kematian-Nya: … bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lk. 22:42). Dan dipertegas dalam Kisah Para Rasul 4:27-28, “Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu.” Kematian Yesus telah menjadi ketetapan Allah sekalipun sebelum Yudas yang menyerahkan-Nya dan orang-orang Yahudi yang membunuh-Nya.”
Kejadian serupa menimpa Yusuf ketika rencana jahat saudara-saudaranya justru Tuhan ubah untuk menggenapi kehendak-Nya. Kej. 50:20, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” Dan masih banyak contoh-contoh lainnya dalam Alkitab.
Berhubungan dengan kehendak Allah ini (The will of decree), apapun yang kita pilih, tidak ada pengaruhnya, kita pasti akan menerima dan mengalami apa yang sudah Allah tetapkan bagi kita, sekalipun kita “gagal” memilih yang benar atau seseorang yang lain berusaha menggagalkannya, Allah tidak pernah gagal untuk mewujudkan kehendak-Nya atas hidup kita.
The Will of Desire/ Command (Kehendak Allah atas keinginan/perintah-Nya):
Ini merupakan kehendak Allah supaya kita mentaati-Nya, kehendak ini juga disebut dengan The Will of Command (Kehendak Allah atas Perintah-Nya). Kehendak Allah ini menuntut kita untuk memutuskan apa yang harus kita lakukan dan memberikan kebebasan kita untuk memilih. Kita dapat mentaatinya ataupun melanggarnya. Banyak larangan Allah yang seharusnya kita hindari: jangan berkata dusta, jangan membenci, jangan iri. Juga perintah untuk kita taati: mengasihi, memberi, mengampuni, mendoakan, mensyukuri dan sebagainya, tetapi seberapa sering kita sudah melanggar dan tidak mentaatinya?
The will of Desire/Command ini menuntut kita untuk sungguh-sungguh dan secara serius untuk mempertimbangkan apa yang harus kita tentukan sebagai pilihan kita dan kemudian melakukannya. Ungkapan “jangan mendukakan Roh Kudus” mungkin merupakan ungkapan yang tepat untuk menggambarkan jenis pilihan ini.
Memilih yang terbaik.
Kita tidak dapat lepas dari apa yang sudah Allah tetapkan melalui kekuasaan dan kedaulatan Allah atas hidup kita. Apapun pilihannya, kita tidak dapat mengubah rencana Allah atas kehidupan kita. Bahkan penjahat besar seperti Paulus yang memilih untuk menentang Allah dan berusaha untuk membunuh para pengikut-Nya telah Allah tetapkan untuk menjadi Rasulnya (1 Kor.1:1 “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus,…”). Kita mungkin bisa gagal memilih tetapi Ketetapan Allah atas kita pasti terjadi.
Disisi lain, kita harus menyadari bahwa kita juga dituntut untuk memberi yang terbaik bagi kemuliaan nama Tuhan (Roma 12:1-2). Oleh karena itu, kita harus sungguh-sungguh berdoa dan meminta hikmat dari Tuhan supaya kita dapat membedakan dan memilih mana yang baik dan yang jahat (tidak sesuai dengan kehendak Tuhan) dan kemudian melakukannya.
—
Choices (Pilihanku):
Ketika saya dihadapkan dengan sebuah pilihan yang sulit karena akan mengakibatkan dampak yang besar serta menyadari keterbatasan yang saya miliki, maka inilah yang akan saya lakukan: saya akan berusaha untuk menyelaraskan kedua-duanya (The will of Decree dan The will of Desire/Command).
Saya akan berusaha dengan segenap hati, segenap kekuatan dan segenap akal budi saya untuk terus mempertajam dan memperteguh ketetapan Allah atas hidup saya dihadapan Tuhan (The will of Decree) dan kemudian menjadikannya sebagai Visi yang menentukan arah pilihan saya. Artinya: dengan demikian saya tidak perlu takut untuk menentukan pilihan saya, sebab saya yakin bahwa rencana Tuhan atas hidup saya pasti akan terjadi. Sekalipun saya salah memilih, Tuhan tidak pernah gagal.
Selanjutnya, Saya akan berdoa untuk meminta hikmat kepada Tuhan, agar memiliki kemampuan untuk dapat menentukan pilihan yang sulit. Visi saya (berdasarkan God’s will of decree) akan menjadi acuan untuk menentukan apa yang akan saya tetapkan sebagai pilihan dan lakukan (menjadi “Misi”, God’s will of desire/command). Artinya: saya tidak perlu takut untuk menentukan pilihan saya. Selama pilihan itu berpotensi menghambat atau bahkan menghalangi perjalanan menuju visi saya maka pilihan itu harus saya tolak, tetapi jika pilihan itu tetap dapat mengembangkan/menunjang misi (usaha menuju kepada visi) saya, sekalipun dengan resiko tinggi yang harus saya hadapi, maka inilah yang harus saya tetapkan, dan dengan keyakinan untuk mencapainya sebab Tuhan selalu menyertai kita (immanuel).
Dibalik semuanya itu, kerendahan hati dan hubungan dekat dengan Allah akan sangat mempengaruhi apa yang akan kita tentukan sebagai pilihan kita, sebab tidak ada pilihan tanpa resiko.
(Perlukah kita meminta tanda dari Tuhan? Mungkin pertanyaan yang lebih penting adalah apakah kita memiliki kesanggupan untuk mengetahui dengan pasti bahwa tanda itu datangnya dari Tuhan, atau mungkin pada akhirnya hanya akan kita jadikan sebagai alasan untuk mendukung pendapat kita. [Next: “Apakah Tuhan Masih Berbicara Melalui Tanda-Tanda?”])
“Rejoice to Choose, Choose to Rejoice – in the presence of God.” (Fil 4:4)
Jesus Bless Us All.
Leave A Comment