Ketika Saya Harus Memilih

2 Macam Kehendak Allah

Life is all about choices.

Hidup selalu berhubungan dengan sebuah pilihan. Habis bangun tidur, mau mandi atau minum kopi dulu? Mau sarapan apa hari ini? Saluran TV mana yang harus saya lihat? Warna baju dan koas kaki apa yang harus saya pakai hari ini? Tempat mana yang akan saya kunjungi saat liburan nanti? Kemana saya harus menyekolahkan anak saya? Ternyata hidup tidak pernah dapat lepas dari sebuah pilihan. Lalu, apa yang harus kita lakukan, jika kita diperhadapkan pada sebuah pilihan sulit dan yang berdampak besar dari pilihan kita tersebut?

Sebuah pilihan pada dasarnya akan bergantung kepada kondisi kita dan dampak yang akan ditimbulkan dari pilihan tersebut. Mana yang terbaik dan lebih memberi kenyamanan dan perasaan damai, kelihatannya itulah yang akan menjadi pilihan kita. Tetapi bagaimana jika kita menyadari adanya keterbatasan diri kita serta akan ada dampak yang besar terjadi, baik terhadap diri kita sendiri maupun orang lain yang muncul akibat dari pilihan kita? Dengan demikian, semakin besar dampak yang akan ditimbulkan maka akan semakin besar kesulitan kita untuk mengambil sebuah keputusan.

Persoalan inilah yang kemudian akan menghabiskan sebagian besar waktu, tenaga dan pikiran kita untuk menentukan mana yang terbaik yang harus kita pilih. Tentu saja sebagai orang percaya, kita tidak mau salah pilih dan kemuliaan Allah lah yang akan menjadi dasar dan tujuan dari segala apa yang akan kita pilih dan perbuat.

… Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.(1 Kor. 10:31)

Namun dibalik semua keputusan itu, kita juga harus menyadari bahwa sesungguhnya ada kedaulatan Allah yang pasti dan akan terjadi di dalam kehidupan ini. Kedaulatan Allah ini tidak bergantung kepada pilihan yang sesuai dengan keinginan berdasarkan kebebasan kita untuk memilih. Kehendak Allah inilah yang pada akhirnya akan menentukan hasil akhirnya.

Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.” (Amsal 19:21 )

Lalu, apakah kemudian kita dapat dengan sebebas-bebasnya menentukan pilihan kita hanya oleh karena kita menyadari bahwa segala sesuatu ada di bawah kendali Tuhan yaitu kehendak-Nya yang pasti terjadi? Tentu saja tidak, sebab Allah juga menuntut kita atas setiap pilihan yang kita perbuat.

Ada 2 Macam Kehendak Allah (The will of God).

  • Kehendak Allah atas ketetapan-Nya (The will of Decree).

  • Kehendak Allah atas keinginan/perintah-Nya (The will of Desire/Command)

 1.  Kehendak Allah atas ketetapan-Nya (The Will of Decree):

Ada kehendak Allah yang harus dan pasti terjadi, yaitu peristiwa yang ada dibawah kendali, kekuasaan dan kedaulatan penuh dari Allah untuk melakukan sesuatu. Kehendak inilah yang akan kita terima dan alami tanpa dapat kita hindari sekalipun harus melawan hukum alam.  Contoh dari kehendak Allah ini terjadi pada peristiwa kelahiran Yesus dari perawan Maria. Allahlah yang memilih Maria dan melahirkan Yesus sekalipun ia belum bersuami. Musa ditetapkan oleh Allah untuk membawa keluar bangsa Israel dari perbutdakan di Mesir. Allah kemudian membelah laut Teberau saat Firaun mengejarnya dan memguburnya bersama dengan pasukan besar yang mengikut dia. Lazarus di bangkitkan sekalipun sudah membusuk dan berbau, dan lain sebagainya. Disinilah ungkapan “tidak ada yang mustahil bagi Allah” berlaku. “Tidak ada yang mustahil bagi Allah” selalu berkaitan dengan kehendak Allah atas ketetapannya dan bukan untuk apa yang kita ingin dapatkan atau peroleh dalam hidup ini.

Yesus berkata tentang kematian-Nya:

“… bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lukas. 22:42).

Dan dipertegas dalam Kisah Para Rasul 4:27-28,

Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu.” Kematian Yesus telah menjadi ketetapan Allah sekalipun sebelum Yudas yang menyerahkan-Nya dan orang-orang Yahudi yang membunuh-Nya.” (Kisah Para Rasul 4:27-28)

Kejadian serupa menimpa Yusuf ketika rencana jahat saudara-saudaranya justru Tuhan ubah untuk menggenapi kehendak-Nya.

“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” Dan masih banyak contoh-contoh lainnya dalam Alkitab. (Kejadian  50:20)

Berhubungan dengan kehendak Allah atas ketetapannya inilah (The will of decree), apapun yang kita pilih, tidak ada pengaruhnya. Kita pasti akan menerima dan mengalami apa yang sudah Allah tetapkan bagi kita. Sekalipun kita “gagal” memilih yang benar atau seseorang yang lain merancangkan sesuatu yang jahat atas hidup kita, namun Allah tidak pernah gagal untuk mewujudkan kehendak-Nya atas hidup kita.

2.  Kehendak Allah atas keinginan/perintah-Nya (The Will of Desire/Command):

Ini adalah merupakan kehendak Allah supaya kita mentaati-Nya. Kehendak ini juga disebut dengan The Will of Command, kehendak Allah atas Perintah-Nya. Kehendak Allah macam ini menuntut kita untuk memutuskan apa yang harus kita lakukan dan memberikan kebebasan kepada kita untuk memilih. Kita dapat mentaatinya ataupun melanggar kehendak Allah ini. Banyak larangan Allah yang seharusnya kita hindari: jangan berkata dusta, jangan membenci, jangan iri. Juga perintah-perintah untuk kita lakukan: mengasihi, memberi, mengampuni, mendoakan, mensyukuri dan sebagainya. Tetapi seberapa sering kita sudah melanggar dan tidak mentaatinya, sehingga kehendak Allah atas keinginannya ini tidak terpenuhi?

Kehendak Allah atas keinginan-Nya ini menuntut kita untuk secara sungguh-sungguh dan serius mempertimbangkan apa yang harus kita tentukan sebagai pilihan kita dan kemudian melakukannya. Kita dituntut untuk sungguh-sungguh mengerti Firman Tuhan dan memperoleh hikmat Allah sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Ungkapan “jangan mendukakan Roh Kudus” mungkin merupakan ungkapan yang tepat untuk menggambarkan jenis pilihan ini.

Memilih yang terbaik.

Kita tidak dapat lepas dari apa yang sudah Allah tetapkan melalui kekuasaan dan kedaulatan Allah atas hidup kita. Apapun pilihannya, kita tidak dapat mengubah rencana Allah atas kehidupan kita. Bahkan “penjahat besar” seperti Paulus yang memilih untuk menentang Allah dan berusaha untuk menganiaya dan membunuh para pengikut-Nya, pada akhirnya Allah tetapkan untuk menjadi Rasulnya.

Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus,…” (1 Korintus 1:1)

Kita mungkin bisa gagal memilih yang baik, tetapi kehendak Allah atas ketetapan-Nya terhadap hidup kita pasti yang terjadi. Namun disisi lain, kita harus menyadari bahwa kita juga dituntut untuk memberi yang terbaik bagi kemuliaan nama Tuhan.

“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:1-2)

Oleh karena itu, kita harus sungguh-sungguh berdoa dan meminta hikmat dari Tuhan supaya kita dapat membedakan dan memilih mana yang baik dan yang jahat (tidak sesuai dengan kehendak Tuhan) dan kemudian melakukannya.

Klik tombol di bawah ini untuk lanjut ke halaman selanjutnya

Pilihanku:

Ketika saya dihadapkan dengan sebuah pilihan yang sulit dimana pilihan ini akan mengakibatkan dampak yang besar serta menyadari keterbatasan yang saya miliki, maka inilah yang akan saya lakukan: saya akan berusaha untuk menyelaraskan kedua-duanya: Kehendak Allah atas ketetapan-Nya (The will of decree) dan Kehendak Allah atas keinginan-Nya. (The will of Desire/Command).

Saya akan berusaha dengan segenap hati, segenap kekuatan dan segenap akal budi saya untuk terus mempertajam dan memperteguh ketetapan Allah atas hidup saya dihadapan Tuhan (The will of Decree) dan kemudian menjadikannya sebagai Visi yang menentukan arah pilihan saya untuk memenuhi kehendak Allah atas keinginannya di dalam hidup saya. Artinya, dengan demikian, saya tidak perlu takut untuk menentukan pilihan saya, sebab saya yakin bahwa rencana Tuhan atas hidup saya pasti akan terjadi. Sekalipun saya salah memilih, Tuhan tidak pernah gagal. Tugas saya yang paling utama adalah untuk selalu mengerti akan kebenaran Firman Tuhan sehingga memberikan hikmat untuk dapat memilih apa yang baik dan berkenan di hadapan Allah.

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. (Mazmur 119:105)

Selanjutnya, Saya akan berdoa untuk meminta hikmat kepada Tuhan, agar memiliki kemampuan untuk dapat menentukan pilihan yang sulit. Visi saya yang berdasarkan Kehendak Allah atas Ketetapannya (God’s will of decree) akan menjadi acuan untuk menentukan apa yang akan saya tetapkan sebagai pilihan dan lakukan (berdasarkan God’s will of desire/command).

Selama pilihan itu berpotensi menghambat atau bahkan menghalangi perjalanan menuju visi saya maka pilihan itu harus saya tolak, tetapi jika pilihan itu tetap dapat mengembangkan/menunjang misi (usaha menuju kepada visi) saya, sekalipun dengan resiko tinggi yang harus saya hadapi, maka inilah yang harus saya tetapkan, dan dengan keyakinan untuk mencapainya sebab Tuhan selalu menyertai kita (immanuel). Dibalik semuanya itu, kerendahan hati dan hubungan dekat dengan Allah akan sangat mempengaruhi apa yang akan kita tentukan sebagai pilihan kita, sebab tidak ada pilihan tanpa resiko.

(Perlukah kita meminta tanda dari Tuhan? Mungkin pertanyaan yang lebih penting adalah apakah kita memiliki kesanggupan untuk mengetahui dengan pasti bahwa tanda itu datangnya dari Tuhan, atau mungkin pada akhirnya hanya akan kita jadikan sebagai alasan untuk mendukung pendapat dan keinginan kita? [Selanjutnya: “Apakah Tuhan Masih Berbicara Melalui Tanda-Tanda?”])

Rejoice to Choose, Choose to Rejoice – in the presence of God.” (Fil 4:4)

Jesus Bless Us All.

Soli Deo Gloria.

Klik tombol di bawah ini untuk kembali ke halaman sebelumnya