Rekayasa [Mitos] Natal di Gereja
Dramatisasi Peristiwa Kelahiran Yesus
Drama natal seringkali dimainkan dalam perayaan natal di gereja-gereja. Namun tanpa disadari, detil peristiwa yang dimainkan seringkali tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang tercatat di dalam Alkitab. Akibatnya, fokus yang seharusnya disampaikan sebagai pesan dari peristiwa Natal yang sesungguhnya tidak dapat disampaikan secara baik. Drama kisah Natal seringkali dipusatkan dan didramatisasikan kepada seputar penderitaan yang dialami oleh Yusuf dan Maria, serta ketidak-layakan dari kelahiran Yesus Kristus di kandang binatang. Fokus pada detil peristiwa-peristiwa inilah yang pada akhirnya mengaburkan pesan yang sesungguhnya dari perisitiwa Natal itu sendiri dan semestinya merupakan rekayasa yang tidak perlu terjadi.
Mitos-Mitos Natal (Penting. Baca dahulu Lukas 1:1-14)
Beberapa kisah berikut ini seringkali ditampilkan dalam perayaan natal di gereja-gereja yang sesungguhnya tidak pernah disebutkan dalam Alkitab:
-
- Drama Maria menunggang keledai dari Nazaret di Galilea ke Yudea sampai ke kota Betlehem. Hal ini sulit untuk dipastikan karena jarak dari Nazaret ke Betlehem adalah kurang lebih sejauh 250km. Yusuf, sebagai orang yang baik dan tulus hatinya (Mat. 1:19) sepertinya tidak mungkin membiarkan Maria yang sedang mengandung melakukan perjalanan jauh dengan cara menunggangi keledai. Mungkin Yusuf menggunakan cara yang lain.
- Drama tentang malaikat-malaikat bersayap yang muncul dihadapan para gembala. seringkali, malaikat-malaikat ini diperankan oleh remaja-remaja wanita. Sebenarnya, di dalam Alkitab, malaikat selalu muncul dalam rupa seorang pria dan tidak pernah dalam rupa wanita, dan tidak ada malaikat yang bersayap selain daripada serafim dan serubim, makhluk sorgawi yang ada disekitar tahta Allah.
- Drama Setibanya mereka tiba di kota Betlehem, Yusuf dan Maria ditolak oleh penjaga penginapan oleh karena sudah terisi penuh. Mereka akhirnya terpaksa melahirkan Yesus di sebuah kandang binatang. Kisah ini tidak sepenuhnya benar untuk beberapa alasan:
- Pertama, Betlehem adalah kota yang sangat kecil dan pada umumnya tidak ada tempat “penginapan” (ketidak-jelasan terjemahan) disana. Pada masa itu, penginapan hanya ada di kota-kota besar atau jalan-jalan utama menuju kota-kota besar. Hal ini dapat kita temukan dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Ia menolong seseorang yang dirampok dalam perjalanannya dari Yerusalem ke Yerikho yang dicatat oleh Lukas, penulis yang sama tentang kisah Natal ini. Orang Samaria yang baik hati ini menempatkan orang yang terluka tersebut ke sebuah “penginapan”, yang dalam Bahasa Yunaninya menggunakan istilah pandokseion, (πανδοχεῖον)
- Jika kita bandingkan, penggunaan kata dari “rumah penginapan” dalam kisah Natal di Lukas 2:7, menggunakan istilah katalyma (κατάλυμα) yang sebaiknya diartikan dengan “ruang tamu” (guest room), atau ruangan besar seperti yang Lukas gunakan dalam kisah lain dimana Yesus merayakan makan paskah bersama murid-murid-Nya (Lukas 22:11-12). Disini, Lukas menggunakan istilah yang sama yaitu katalyma (κατάλυμα).
- Tetapi, khusus untuk rumah atau tempat penginapan dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati, Lukas menggunakan istilah lain yaitu pandokseion (πανδοχεῖον). Dalam perumpamaan ini (Luk. 10:34), disebutkan bahwa orang Samaria itu menempatkan orang yang terluka di rumah penginapan, disini Lukas menggunakan istilah pandokseion (πανδοχεῖον) dan bukan menggunakan istilah katalyma (κατάλυμα).
- Tradisi Yahudi pada waktu itu menyebutkan bahwa adalah suatu penghormatan ketika para kerabat atau keluarga yang datang diberikan tempat tumpangan dan beristirahat dirumah keluarga atau kerabatnya sendiri. Hal inilah yang Yesus ucapkan kepada Zakheus dalam Lukas 19:5, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
- Jadi rumah penginapan dalam peristiwa kelahiran Yesus sesungguhnya lebih tepat diartikan sebagai sebuah ruangan tamu atau ruangan besar (Yun. κατάλυμα, katalyma) di tempat kerabatnya untuk menumpang dan mereka tidak mendapatkannya karena sudah penuh terisi dengan kerabat lainnya.
- Drama lainnya adalah tentang dimana saat Maria ingin melahirkan bayi Yesus yang terkesan begitu tergesa-gesa karena tidak medapatkan tempat. Tanpa disadari kita seringkali lalai memperhatikan teks yang ada di dalam Lukas 2:6, “Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin.” Disini, Ungkapan “tibalah waktunya” menggunakan kata pimplemi (πίμπλημι). Istilah pimplemi ini digunakan oleh Lukas di dalam Lukas 1:57, peristiwa saat Elisabet bersalin. Kata ini diterjemahkan demikian: “Kemudian genaplah bulannya (pimplemi) bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki.” Disini menjelaskan bahwa tidak ada situasi yang begitu tergesa-gesa dalam proses Maria melahirkan bayi Yesus, sepertinya semuanya berjalan dengan normal.
- Kisah lainnya adalah drama tentang bayi Yesus yang ditempatkan di dalam sebuah palungan. Dikisahkan palungan ini sebagai kotak kayu yang dipenuhi dengan jerami-jerami yang kotor dan berbau. Jika kita membaca baik-baik Lukas 2:7, Maria membungkus bayi Yesus dengan kain lampin setelah melahirkan-Nya. Hal ini menunjukkan tindakan kepedulian Maria sebagai seorang ibu kepada bayinya, tidak mungkin bagi Maria untuk menempatkan bayinya ditempat yang tidak layak akibat dari tidak tersedianya ruang penginapan untuk mereka. Maria menempatkan Yesus di palungan.Pada masa itu, kandang ternak biasanya menyatu dengan rumah pemiliknya dan tidak ada tembok pemisah, sehingga mereka bisa mengikat ternak-ternaknya ketika malam. Palungan disini biasanya dibuat dilantai dengan kedudukan yang lebih tinggi dari lantainya sehingga memudahkan ternak untuk memakan makanannya yang ditempatkan di palungan tersebut. Jadi sepertinya, palungan adalah tempat yang paling nyaman yang Maria dapat temukan untuk meletakkan dan merawat Yesus. Palungan disini bukan sebuah kotak kayu yang penuh dengan jerami kotor.
Pesan Natal yang Sesungguhnya (Makna Teologis dari Peristiwa Kelahiran Yesus)
Kelahiran Yesus adalah kelahiran yang normal sesuai kondisi pada waktu itu. Kalau memang peristiwa yang sudah didramatisasikan tersebut penting secara teologis, mengapa tidak ada satupun penulis dalam Perjanjian Baru yang menyinggungnya dan semua kisah mengharukan tersebut tidak disebutkan sama sekali di dalam Alkitab. Hal ini menunjukkan peristiwa yang diramatisasikan tersebut tidak perlu dan tidak penting dalam pandangan penulis-penulis Perjanjian Baru dalam menyampaikan kisah Natal. Bahkan hal ini dapat menggeser pesan Natal yang sesungguhnya yang dituliskan di dalam Alkitab sesuai dengan maksud dari si Penulisnya.
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Pesan Natal yang sesungguhnya bukan berfokus pada drama bagaimana sulitnya Maria melahirkan Yesus melainkan Siapa sesungguhnya bayi yang baru dilahirkan itu. Dia adalah Sang juruselamat manusia di dunia yang disebut Kristus, Tuhan. Sekalipun kita berpikir masih ada tempat yang layak buat Yesus dimana Ia dapat dilahirkan, poin ini bukan menjadi tujuan yang utama dari pemberitaannya. Ketika kita menyadari siapa sesungguhnya bayi yang dilahirkan ini, maka sekalipun Ia dilahirkan di sebuah istana yang megah, tetap tidak layak. Sebab Yesaya 66:1 mengatakan:
“Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku?”
Fokus Pesan Natal yang Sejati
Pesan inti dari peristiwa Natal bukan terletak pada kesulitan yang dialami baik oleh Yusuf dan Maria maupun bayi Yesus sendiri pada proses kelahiran-Nya, melainkan pada siapa yang lahir dan apa dampak dari kelahiran-Nya. Fokus pesan Natal yang sejati ini sudah dituliskan di dalam Firman Tuhan dengan jelas. Berita ini langsung turun dari Sorga lewat para malaikat yang disampaikan kepada para gembala yang sedang menjalankan pekerjaannya pada waktu malam hari. Hal ini dicatat di dalam Lukas 2:11-14:
“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.“”
(baca: “Berita Natal – Mengapa Gembala.”)
Yesus, Sang Juruselamat, Kristus dan Tuhan.
Ayat 11 dengan tegas menyatakan pribadi yang baru saja dilahirkan yaitu Yesus Kristus sang Juruselamat dunia. Ungkapan “Hari ini” merupakan sebuah tanda datangnya era yang baru, era dimana anugerah Allah bagi manusia dinyatakan. Keselamatan bagi manusia kini sudah beralih dari ketergantungan terhadap Taurat kepada Iman. Keselamatan yang tidak mungkin kini menjadi mungkin berdasarkan anugerah Allah. Ini merupakan sebuah era suka cita yang besar bagi bangsa-bangsa.
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: “(Lk. 2:10)
Kesukaan besar ini hanya dapat diperoleh melalui pribadi Yesus yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai Juruselamat. Istilah Juruselamat ini merupakan sebuah istilah yang sangat penting di dalam Perjanjian Lama oleh karena istilah ini menggambarkan adanya tindakan Allah menolong manusia yang tidak mampu untuk menolong dirinya sendiri.
Istilah Juruselamat berbicara tentang pembebasan dari keterikatan, pemberian kekuatan dari ketidak-mampuan, dan jalan baru yang tadinya tidak ada. Paulus menyebutkan bahwa tidak ada seorangpun yang benar di hadapan Allah karena semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah.
Romans 3:10, 23: “seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak… Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”
Hanya melalui Yesuslah, yang disebut sebagai Juruselamat, maka manusia dapat diselamatkan dari hukuman atas dosa yang mengikatnya, sebab lewat perbuatan manusia, keselamatan adalah suatu kemustahilan
“Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.” (Gal. 3:24 ).
Dalam ayat ini juga disebutkan bahwa Yesus adalah “Kristus” yang memberikan makna penetapan Allah kepada Yang di urapi-Nya. Hal ini menunjukkan adanya penunjukkan yang secara khusus diberikan kepada Yesus untuk melakukan tugas yang khusus pula. Tugas yang khusus ini adalah untuk menjadi pengganti korban domba paskah yang menghapuskan manusia dari Dosa. Dia juga disebut sebagai “Tuhan,” yang menunjukkan otoritas yang diberikan oleh Allah kepada-Nya sehingga tidak ada jalan lain selain melalui pribadinya seseorang dapat diselamatkan.
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”(Yoh. 14:6)
“Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12)
Dampak dari Kelahiran-Nya
Pesan Natal sejati lainnya yang dituliskan oleh Alkitab tercatat di dalam Lukas 2:14, yaitu berkaitan dengan dampak dari kelahiran Yesus di dunia.
“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.“
Ayat ini menjelaskan terjadinya pemulihan hubungan dalam tiga aspek yang merupakan dampak dari kedatangan Yesus ke dunia:
- Pemulihan Eksistensi/Status: Kemuliaan Allah dengan Damai Sejahtera manusia
- Pemulihan Posisional: Tempat yang mahatinggi dengan di bumi
- Pemulihan hubungan Pribadi antara Allah dan Manusia.
-
Pemulihan Eksistensi/Status: Kemuliaan Allah dan Damai Sejahtera Manusia
Hadirnya kemuliaan Allah adalah merupakan kunci dari kehidupan yang penuh damai sejahtera. Karena Dialah sumber dari segala sesuatu yang ada. Dosa manusia telah berdampak pada hilangnya kemuliaan Allah di dalam kehidupan manusia:
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Roma 3:23)”
Dosa ini yang mendatangkan murka Allah, yaitu penghakiman yang akan menimpa kehidupan manusia dan mengakibatkan hilangnya damai sejahtera ini. Itulah sebabnya timbul rasa takut dan kuatir dalam diri manusia yang diakibatkan hadirnya dosa dalam kehidupan manusia.
Kehadiran Yesus sebagai korban pengganti hukuman atas dosa manusia adalah merupakan jalan satu-satunya untuk memulihkan kemuliaan Allah dalam diri manusia yang percaya dan dengan demikian kembalinya damai sejahtera manusia oleh karena terbebas dari hukuman kekal.
“Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” (Roma 8:1 )
“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Roma 5:1 )
-
Pemulihan Posisional: Tempat yang mahatinggi dan di bumi.
Dosa manusia berakibat pada putusnya hubungan Allah dengan manusia. Posisi Allah yang tadinya begitu dekat sejak penciptaan kini menjadi jauh dan bahkan tidak terhampiri oleh karena hadirnya dosa dalam kehidupan manusia.
Kehadiran Yesus sebagai Juruselamat telah membuat manusia menjadi dibenarkan di hadapan Allah lewat iman percaya (dibenarkan oleh iman, bukan perbuatan) dan ini ditandai dengan baptisan Roh Kudus kepada setiap orang percaya yang menandakan hadirnya Allah dalam kehidupan setiap orang percaya sebagai materai yang kekal. Allah tidak lagi jauh melainkan tinggal di dalam setiap hati orang percaya yang berkenan oleh karena penebusan yang dilakukan oleh Yesus di atas kayu salib. Itulah salah satu alasan mengapa Yesus disebut juga sebagai imanuel, Allah beserta kita.
-
Pemulihan Hubungan Pribadi: Allah dan Manusia
Dosa telah memisahkan hubungan intim kita dengan Allah. Bahkan disebutkan bahwa dosa telah membuat kita menjadi musuh-musuh Allah.
“Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” (Roma 5:10)
Kehadiran Yesus ke dunia, dan melalui kematian-Nya di atas kayu salib sebagai korban pengganti yang menghapus dosa kita, sudah memulihkan hubungan pribadi kita dengan Allah. Bahkan, pemulihan ini menjadikan kita sebagai anak-anak Allah.
“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah…” (1 Yohanes 3:1)
Namun semua dampak dari peristiea Natal, kehadiran Yesus kedunia ini, hanya dapat diperoleh dan dinikmati oleh orang-orang yang berkenan kepada-Nya, tidak untuk setiap orang. Hal ini dinyatakan melalui ungkapan “diantara manusia,” bukan “semua manusia.” Orang yang berkenan adalah orang-orang yang mau mengambil keputusan untuk percaya kepada Yesus sebagai Kristus dan Tuhan dan Juruselamat hidupnya.
Ketika seseorang memutuskan untuk percaya kepada Yesus maka, pemulihan atas kemuliaan Allah, keberadaan-Nya dan hubungan pribadi Allah dengan kita akan terjadi dan menjadikannya sebagai orang yang berkenan dihadapan Allahs sehingga keselamatan baginyapun menjadi sebuah kepastian.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:16
[/show_more]
Tuhan Memberkati Kita Semua.
Soli Deo Gloria.
Leave A Comment